Beijing (ANTARA News) - Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bercakap melalui telepon untuk membicarakan krisis di Semenanjung Korea setelah Korea Utara kembali melakukan uji coba senjata nuklir, Minggu (3/9), yang menuai kecaman global.

Pembicaraan kedua kepala negara tersebut menjadi berita utama sejumlah media resmi pemerintah China, Kamis.

China sangat berkomitmen terhadap denuklirisasi di Semenanjung Korea dan berupaya menegakkan mekanisme regulasi internasional tentang nonproliferasi nuklir, demikian tulis China Daily.

Dalam percakapan telepon yang berlangsung Rabu (6/9) itu, Xi dan Trump saling bertukar pikiran mengenai situasi terkini di Semenanjung.

Presidewn Xi menyatakan bahwa China akan terus berupaya menjaga perdamaian dan stabilitas Semenanjung dan juga mengatasi krisis tersebut melalui dialog dan konsultasi.

Upaya-upaya yang dilakukan harus melalui diplomasi, kebijakan komperehensif, tindakan proaktif untuk mendapatkan solusi jangka panjang demi tegaknya perdamaian, demikian kata Xi.

Sementara Presiden Trump sendiri menyatakan bahwa AS sangat memperhatikan situasi terkini dan sangat mengharapkan peran China sebagai negara tetangga Korut agar membantu mengatasi krisis nuklir di Semenanjung.

Washington akan terus berupaya menghubungi Beijing guna menemukan solusi yang bisa meredam konflik di Semenanjung, demikian kata Trump.

Dalam percakapan tersebut, Xi juga menyinggung pentingnya kunjungan kenegaraan Trump ke China sebelum akhir tahun ini.

Pernyataan itu ditanggapi Trump bahwa sangat penting baginya dan Presiden Xi untuk menjaga keakraban dan memperkuat koordinasi terkait isu-isu internasional dan regional, demikian tulis Xinhua.

Kunjungan Trump merupakan balasan atas kunjungan kenegaraan Xi ke AS pada awal bulan April lalu. Pada saat itu kedua kepala negara juga membahas krisis Semenanjung.

Sebelumnya, Korut telah berhasil melakukan uji coba senjata nuklirnya, Minggu (3/9).

Lembaga riset di China seperti diberitakan Antara sebelumnya memperkirakan kekuatan senjata nuklir 108 kiloton itu mencapai tiga hingga 7,8 kali bom atom yang dijatuhkan pasukan AS di Hiroshima, Jepang, pada 1945.

Sejumlah warga di Provinsi Heilongjiang, China, yang berbatasan langsung dengan Korut, panik akibat guncangan 6,3 SR sebagai dampak dari uji coba senjata nuklir tersebut.