Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia berencana membuat branding negara, yang akan digunakan secara nasional, sebagai salah satu upaya memajukan sektor pariwisata, investasi, dan perdagangan. "Nantinya kita akan ganti branding pariwisata, investasi, dan perdagangan menjadi satu branding nasional, sehingga semua departemen akan memakai pencitraan yang sama dengan promosi ke dunia lebih besar lagi," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, di Jakarta, Senin. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa saat ini negara-negara lain sudah menggunakan branding untuk dijadikan citra atau semacam merek dagang sebuah negara, sesuatu yang unik dan khas. Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, dibutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan untuk merumuskan konsep citra keunikan. "Dan kita lihat Malaysia, sebagai contoh, yang telah memulai Trully Asia-nya pada tahun 1999 kini citra itu sudah sangat melekat dengan bangsa tersebut," kata Mari. Ia mengingatkan, kesuksesan branding akan membutuhkan waktu yang lama agar bisa melekat, "Bukan sesuatu yang seketika dapat terwujud, dan harus dimulai dari antar-departemen." Untuk Indonesia, persoalan branding harus dimulai dari mengubah persepsi-persepsi buruk, tentang masyarakat Indonesia, tentang keamanan, dan bencana alam, kata dia. "Kita harus memberikan penjelasan-penjelasan fakta untuk mengurangi persepsi buruk tentang Indonesia," tambahnya. Sementara itu, sembari menunggu konsep pencitraan branding rampung dibuat, Mari mengatakan, promosi akan tetap dijalankan seperti biasa, "Tapi kalau sudah disepakati `branding` apa yang akan kita pakai secara nasional, kita akan pakai itu untuk semua departemen." Inti dari penciptaan branding negara ini, Mari menegaskan, adalah bagaimana caranya membuat orang Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia. "Kita akan membuat survei, berbicara dengan masyarakat apa yang mereka ingin angkat soal keunikan Indonesia, jadi ini melibatkan tak cuma pemerintah, melainkan masyarakat dan sektor swasta," tambah dia.(*)