Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menginginkan inisiatif Belt and Road dengan China agar lebih terkoordinasi sehingga dapat lebih fokus dan terintegrasi.




"Kerangka kerja samanya adalah mendorong perusahan Indonesia dan China untuk saling bermitra. Isu-isunya tentang penggunaan tenaga kerja, investasi, kemudian alih teknologi," kata Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Imam Haryono kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu.




Imam menyampaikan hal tersebut usai menghadiri rapat koordinasi yang membahas mengenai kerja sama investasi Pemerintah Indonesia dan China.




Adapun konsep yang diajukan adalah pengembangan wilayah, di mana Indonesia akan mengajukan tiga wilayah utara untuk pengembangan dan konektivitas, yakni Sumatera Utara, Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara, ditambah Bali.




Dari masing-masing wilayah tersebut, Indonesia akan menyampaikan potensi yang dapat dikembangkan di masing-masing wilayah, mulai dari sektor kawasan industri, pariwisata dan sebagainya.




"Inikan konsepnya pengembangan wilayah. Jadi, Sumatera Utara apa yang dikembangkan, kawasan industri di situ kan ada 2, Kuala Tanjung dan Sei Mangke, kemudian nanti pembangunan konektivitas itu bisa pelabuhan, bandara dan sebagainya. Jadi ini akhirnya private to private. Pemerintah yang memfasilitasi," papar Imam.




Diketahui, Indonesia menyepakati inisiatif Belt and Road yang bertujuan untuk menjalin kerja sama bidang konektivitas.




Konektivitas yang hendak dibangun Indonesia nantinya akan sejalan dengan ASEAN Connectivity 2025.




Indonesia menekankan kerja sama itu harus saling menguntungkan dan memberikan kontribusi kepada stabilitas keamanan dan kesejahteraan dunia.




(BACA: Hasil "Belt and Road" dorong pertumbuhan Indonesia)