Kudus (ANTARA News) - Menjadi pebulutangkis profesional tampaknya menjadi cita-cita menarik bagi sebagian anak-anak dan remaja, termasuk I Komang Andhika Putra Nurdika (10) dan Vika Verlita (8).

Komang yang lahir dan besar di Mimika, Papua bahkan harus rela terpisah dari orangtuanya karena menjalani pelatihan di Surabaya untuk audisi umum PB Djarum.

"Enam bulan di Surabaya, tanggal 3 September ini baru bertemu (Komang)," ujar Nyoman Murahtini, ibunda Komang, di GOR Djarum, Jati, Kudus, Senin.

Ketika ditanya apa alasan Komang rela menjalani ini, dia menjawab secara tegas ingin menjadi seperti pebulutangkis Taufik Hidayat.

"Pengen jadi pemain dunia kayak Taufik Hidayat," tutur Komang, polos.

Bila nantinya lolos dalam tahap final pada 10 September mendatang, Nyoman memastikan putranya akan pindah ke Kudus dan bersekolah di sana. Bahkan jika mereka harus tinggal berjauhan karena keputusan ini.

"Kala lolos, pindah (ke Kudus), tidak apa-apa," kata dia.

Komang memang sudah menyenangi dunia bukutangkis sejak duduk di kelas dua sekolah dasar. Berbeda dari kakak-kakaknya, bungsu ini, menurut Nyoman berbakat menjadi pebulutangkis.

"Kakak-kakaknya enggak ada yang fokus ke olahraga. Komang tanun lalu mewakili kabupaten ikut kejuaraan, setelah itu berkesempatan dikirim ke provinsi," kata Nyoman.

Selain Komang, masih ada Vika. Siswa sekolah Madrasah Ibtidaiah (MI) di Karangbener, Bae, Kudus itu belum sekalipun mengikuti pertandingan bulutangkis.

Namun, rasa suka Vika pada bulu tangkis meluluhkan guru olahraganya, Farida. Dia memberi kesempatan pada sang murid menunjukkan bakatnya untuk audisi PB Djarum tahun ini.




"Vika suka tegang. Tadi sempat nangis dulu baru ditenangkan," kata Farida kepada ANTARA News.

Selain Vika, sebanyak 17 rekannya di MI juga mencoba peruntungannya menjadi atlet profesional.

"Untuk alat misalnya raket itu swadaya, bola kok dari sekolah, itu juga kerjasama dengan Djarum," tutut perempuan yang telah menempuh pendidikan magister agama Islam itu.