China dan Rusia desak perundingan dengan Korea Utara
5 September 2017 11:43 WIB
Presiden China Xi Jinping (kanan) mempersilakan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah berfoto bersama disela KTT BRICS di Xiamen International Conference and Exhibition Center, provinsi Fujian, China, Senin (4/9/2017). (REUTERS/Wu Hong/Pool)
Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB, Amerika Serikat (ANTARA News) - China pada Senin (4/9) kembali mendesak perundingan diplomatik untuk mengatasi krisis dengan Korea Utara dan memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa mereka tidak akan membiarkan kekacuan dan perang terjadi di semenanjung Korea.
"Situasi di semenanjung itu semakin buruk hingga saat ini, jatuh ke dalam lingkaran kejam," kata Duta Besar China Liu Jieyi.
"Isu semenanjung itu harus diselesaikan secara damai. China tidak akan pernah membiarkan kekacauan dan perang terjadi di semenanjung tersebut."
Permintaan itu disampaikan kembali oleh Rusia, yang menyatakan bahwa negosiasi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis mengenai program nuklir dan rudal Korea Utara.
Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan ada "kebutuhan mendesak untuk tetap berkepala dingin dan menahan diri dari aksi yang bisa memperparah ketegangan".
Rusia mendukung usul China untuk menghentikan uji coba nuklir dan rudal Korea Utara dengan penangguhan latihan militer AS-Korea Selatan sebagai balasannya.
Namun Duta Besar AS Nikki Haley menolak usul itu dan mengatakan sudah waktunya menambah tekanan terhadap Korea Utara dengan menerapkan "tindakan paling kuat".
Rusia dan China tidak merinci apakah mereka akan mendukung sanksi tambahan bagi Korea Utara, demikian menurut siaran kantor berita AFP.(mu)
"Situasi di semenanjung itu semakin buruk hingga saat ini, jatuh ke dalam lingkaran kejam," kata Duta Besar China Liu Jieyi.
"Isu semenanjung itu harus diselesaikan secara damai. China tidak akan pernah membiarkan kekacauan dan perang terjadi di semenanjung tersebut."
Permintaan itu disampaikan kembali oleh Rusia, yang menyatakan bahwa negosiasi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis mengenai program nuklir dan rudal Korea Utara.
Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan ada "kebutuhan mendesak untuk tetap berkepala dingin dan menahan diri dari aksi yang bisa memperparah ketegangan".
Rusia mendukung usul China untuk menghentikan uji coba nuklir dan rudal Korea Utara dengan penangguhan latihan militer AS-Korea Selatan sebagai balasannya.
Namun Duta Besar AS Nikki Haley menolak usul itu dan mengatakan sudah waktunya menambah tekanan terhadap Korea Utara dengan menerapkan "tindakan paling kuat".
Rusia dan China tidak merinci apakah mereka akan mendukung sanksi tambahan bagi Korea Utara, demikian menurut siaran kantor berita AFP.(mu)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: