Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim inflasi minus atau deflasi yang terjadi pada Agustus 2017 menandakan harga bahan pangan atau yang termasuk harga barang bergejolak (volatile foods) telah membaik dan cukup terjaga.

Menurut Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Senin, laju inflasi rendah hingga Agustus 2017 ini harus terus dijaga hingga akhir tahun, dengan mengantisipasi tekanan dari "volatile foods" dan mengendalikan tekanan dari kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices).

"Harga pangan atau volatile foods dianggap sebagai sumber (inflasi) dan setelah melakukan upaya seperti harapan Bank Indonesia bahwa volatile foods harus distabilkan," ujar dia.

Di sisi lain, kata Sri, dalam tren inflasi rendah ini, daya beli masyarakat harus ditingkatkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

"Sehingga dengan inflasi rendah daya beli naik, ekonomi akan tumbuh lebih sehat," ujarnya.

Pada Agustus 2017, terjadi deflasi sebesar 0,07 persen. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2017 sebesar 2,53 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2017 terhadap Agustus 2016) sebesar 3,82 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kelompok bahan makanan sebagai penyumbang deflasi terbesar pada Agustus 2017.

"Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,67 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,10 persen, kelompok sandang sebesar 0,32 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,89 persen.

(I029/A011)