36 hewan kurban Gunung Kidul terinfeksi cacing
3 September 2017 19:12 WIB
Arsip: Penyembelihan Hewan Kurban Petugas memotong daging hewan kurban Iduladha 1438 di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Jumat (1/9/2017). Penyembelihan hewan kurban itu merupakan salah satu wujud bentuk syukur umat muslim kepada Tuhan serta menjadi simbol ketakwaan dan keikhlasan. (ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)
Gunung Kidul (ANTARA News) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menemukan 36 hewan kurban terinfeksi cacing hati dengan tiga di antaranya mengalami infeksi paling parah.
"Sampai laporan Sabtu (2/9), ada 35 hewan kurban yang terinfeksi cacing hati dan hari ini ada laporan satu hewan kurban total ada 36 hewan kurban yang terinfeksi ," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Suseno Budi di Gunung Kidul, Minggu.
Dia mengatakan ada tiga lokasi yang hewan kurbannya mengalami infeksi yang parah sehingga hatinya harus dibuang semuanya.
Ketiganya ada di Masjid As Syakirin Dusun Trimulyo I Desa Kepek Kecamatan Wonosari, Masjid Besar Al-Huda Kecamatan Playen dan penyembelihan hewan kurban di Desa Grogol Kecamatan Paliyan.
"Infeksi cacing yang cukup parah, petugas melarang hati hewan tersebut untuk dikonsumsi," katanya.
Seluruh petugas sudah diterjunkan ke 18 Kecamatan di Gunung Kidul untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap hewan kurban.
"Total ada 160 orang petugas dibantu dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM," katanya.
Ia mengatakan sedikitnya ada 1.700 titik penyembelihan hewan berdasarkan pengalaman tahun 2016. Petugas akan melihat apakah ada penyakit yang menjangkiti kurban seperti cacing hati atau antraks.
"Titik penyembelihan akan didatangi petugas," katanya.
Suseno mengatakan hewan kurban yang terinfeksi cacing hati, maka yang terinfeksi harus dimusnahkan namun untuk daging hewan kurban tetap aman untuk dikonsumsi.
"Sebenarnya tidak masalah karena tidak menular. Namun tidak layak untuk dikonsumsi," katanya.
Dia mengatakan penyebab cacing hati berkembang biak dari faktor makanan hijauan pakan ternak yang terkontaminasi telur cacing hati dan termakan hewan kurban.
Ia memastikan sebagian besar hewan ternak yang terkontaminasi berasal dari luar Gunung Kidul.
"Untuk perantara penyebaran telur butuh kolam dan keong, dengan demikian kecil kemungkinan hewan ternak terjangkit berasal dari Gunung Kidul," katanya.
(U.KR-STR/A043)
"Sampai laporan Sabtu (2/9), ada 35 hewan kurban yang terinfeksi cacing hati dan hari ini ada laporan satu hewan kurban total ada 36 hewan kurban yang terinfeksi ," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Suseno Budi di Gunung Kidul, Minggu.
Dia mengatakan ada tiga lokasi yang hewan kurbannya mengalami infeksi yang parah sehingga hatinya harus dibuang semuanya.
Ketiganya ada di Masjid As Syakirin Dusun Trimulyo I Desa Kepek Kecamatan Wonosari, Masjid Besar Al-Huda Kecamatan Playen dan penyembelihan hewan kurban di Desa Grogol Kecamatan Paliyan.
"Infeksi cacing yang cukup parah, petugas melarang hati hewan tersebut untuk dikonsumsi," katanya.
Seluruh petugas sudah diterjunkan ke 18 Kecamatan di Gunung Kidul untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap hewan kurban.
"Total ada 160 orang petugas dibantu dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM," katanya.
Ia mengatakan sedikitnya ada 1.700 titik penyembelihan hewan berdasarkan pengalaman tahun 2016. Petugas akan melihat apakah ada penyakit yang menjangkiti kurban seperti cacing hati atau antraks.
"Titik penyembelihan akan didatangi petugas," katanya.
Suseno mengatakan hewan kurban yang terinfeksi cacing hati, maka yang terinfeksi harus dimusnahkan namun untuk daging hewan kurban tetap aman untuk dikonsumsi.
"Sebenarnya tidak masalah karena tidak menular. Namun tidak layak untuk dikonsumsi," katanya.
Dia mengatakan penyebab cacing hati berkembang biak dari faktor makanan hijauan pakan ternak yang terkontaminasi telur cacing hati dan termakan hewan kurban.
Ia memastikan sebagian besar hewan ternak yang terkontaminasi berasal dari luar Gunung Kidul.
"Untuk perantara penyebaran telur butuh kolam dan keong, dengan demikian kecil kemungkinan hewan ternak terjangkit berasal dari Gunung Kidul," katanya.
(U.KR-STR/A043)
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: