Malang (ANTARA News) - Pusat semburan dan sumber lumpur Lapindo yang genap satu tahun menggenangi Sidoarjo bisa dihentikan dengan memutus mata rantai proses terjadinya lumpur melalui metode insersi batuan beku. Anggota Tim Kelompok Kajian Kebumian dan Mitigasi Bencana (K3MB) Unibraw Dr. Muhammad Nurhuda, Senin, mengatakan karena lumpur terjadi akibat reaksi antara batuan lempung reaktif dengan air, maka untuk menghentikan proses pembentukan lumpur harus dengan cara memutus mata rantainya. "Proses pemutusan mata rantainya dilakukan dengan penyumbatan sumber aliran air dengan menggunakan insersi batuan beku secara masif," katanya di Malang. Teknis penghentiannya, katanya, bongkahan batuan beku dalam rentang diameter tertentu, 30-60 cm, dimasukkan ke dalam lubang semburan melalui bantuan sebuah crane atau melalui talang yang didukung oleh sistem tapak apung. Menurut ahli pemodelan fisika Unibraw itu, ukuran diameter batu harus diatur agar tidak tersangkut dinding lubang semburan dan jangan terlalu kecil, sebab kepekatan lumpur dan tekanan tinggi yang ada dalam lubang semburan lumpur akan mampu mengangkat batu ke permukaan. Batuan beku yang mempunyai massa jenis 2800-3400 Kg per meter kubik akan memastikan batuan tenggelam dalam kawah lumpur dan mekanisme alam tersebut akan membantu penyumbatan aliran air pemicu lumpur secara alami. "Skema insersi akan bekerja apabila ada jaminan bahwa batuan beku yang dijatuhkan mencapai dasar kawah dan tidak tersangkut di leher lubang semburan,"tegasnya. Dikatakannya, kemungkinan yang terjadi setelah batuan beku dijatuhkan ke dalam lubang semburan adalah debit semburan tidak mengalami penurunan, mengalami penurunan secara pelan-pelan dan mengalami penurunan secara drastis. Jika debit air tidak mengalami penurunan, lanjutnya, kemungkinan batuan beku yang diinsersikan masih jauh dari cukup akibat posisi lubang semburan air dengan posisi lubang semburan lumpur tidak segaris atau sumber air disebabkan oleh batuan terbuka yang sangat panjang. Ia memprediksikan batuan beku yang dibutuhkan untuk menghentikan semburan lumpur maksimum sebanyak 500 ribu meter kubik dengan asumsi palung titik semburan air yang memanjang sebesar 1,5 Km. "Biaya yang dibutuhkan untuk metode penyumbatan ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa usulan yang masuk ke BPLS, yakni di bawah kisaran Rp100 miliar," katanya. (*)