Beijing (ANTARA News) - Sebanyak sembilan orang tewas dan seorang lainnya hilang setelah hujan deras mengguyur Provinsi Sichuan dan Provinsi Guizhou, China, demikian pernyataan pemerintah setempat, Sabtu.

Hujan deras yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor di Sichuan sejak Jumat (1/9) telah menyebabkan tujuh orang tewas dan seorang lainnya hilang.

Hujan deras telah berdampak pada 165 ribu jiwa yang tersebar di 35 kabupaten, sekitar 6.800 jiwa di antaranya dievakuasi.

Pemerintah daerah setempat menyebutkan lebih dari 4.300 hektare tanaman pangan rusak, sekitar 700 hektare di antaranya gagal panen, sebagaimana laporan Peoples Daily.

Sementara itu, dua orang tewas saat rumahnya tertimbun tanah longsor di Kecamatan Qianxi, Kota Bijie, Provinsi Guizhou, Jumat (1/9) malam.

Dua jasad warga tersebut ditemukan di antara reruntuhan bangunan rumahnya, Sabtu pukul 06.00 waktu setempat (05.00 WIB), demikian laporan juru bicara pemerintah daerah setempat.

Beberapa kecamata di wilayah tersebut guyuran hujan lebih dari 100 milimeter yang berlangsung selama enam jam.

Badan Meteorologi setempat memberikan tanda merah yang berarti sangat bahaya atas hujan lebat mulai Jumat (1/9) itu.

Tindakan tanggap darurat, termasuk mendirikan tenda-tenda pengungsian, membagikan selimut dan beras telah dilakukan di lokasi bencana.

Sementara itu, Badan Pusat Meteorologi Nasional China (NMC) memberikan tanda biru terhadap topan Mawar yang diperkirakan mendarat di Provinsi Guangdong, Minggu (3/9).

Topan ke-16 tahun ini tersebut terlihat melintas di atas Laut China Selatan atau pada posisi 590 kilometer di sebelah tenggara Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, Jumat (1/9) pukul 17.00 waktu setempat (16.00 WIB) dengan kecepatan angin 18 meter.

NMC memperkirakan badai Mawar makin menguat saat mengarah ke baratlaut dengan kecepatan sekitar 10 kilometer per jam.

Saat kecepatan angin mencapai 38 meter per detik berpotensi menimbulkan tanah longsor di pesisir Provinsi Guangdong. Namun setelah itu kecepatan angin melemah.