Ancora jajaki peluang bisnis tambang mineral
30 Agustus 2017 22:57 WIB
Dirut PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) Teddy K Somantri (tengah), didampingi Direktur Keuangan Rolaw P Samosir (kiri) dan Direktur Independen Wiharto Hernowo, berbicara saat Public Expose, di Jakarta, Rabu (30/8/2017). PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) tengah menjajaki beberapa alternatif bisnis lain untuk menunjang pertumbuhan kedepan. (ANTARA FOTO/HO/Gobang)
Jakarta (ANTARA News) - Di tengah kondisi bisnis pertambangan yang secara umum masih belum membaik, PT Ancora Indonesia Resources Tbk menjajaki peluang bisnis pertambangan emas dan mineral, sejalan dengan bisnis inti perseroan di bidang migas, pertambangan dan energi.
Direktur Utama Ancora Indonesia Resources, Teddy Kusumah Somantri dalam paparan publik perusahaan di Jakarta, Rabu, mengatakan aksi korporasi ini sangat bergantung pada kajian yang akan dilakukan perusahaan.
Ancora Indonesia masih menjajaki berbagai kemungkinan tentang prospek yang akan diambil di sektor pertambangan emas dan mineral, termasuk akuisisi atau merger.
"Kami harus lihat prospek tambang emas dan mineral lainnya, status perizinan dalam kegiatan pertambangannya dan juga cadangannya melalui lembaga sertifikasi independen," ujar Teddy.
Menurut dia, Ancora Indonesia belum bisa memastikan kebutuhan dana yang diperlukan untuk aksi korporasi ini, termasuk waktu pelaksanaan masuk ke bisnis pertambangan emas dan mineral di Tanah Air. Ancora akan senantiasa memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam melaksanakan pengembangan usaha yang saat ini dikaji oleh perusahaan.
Teddy mengatakan rincian mengenai hal ini belum bisa diberikan karena masih sangat awal dan belum ada pegangan apa-apa. Artinya, masih terbuka kemungkinan untuk tidak tercapainya kesepakatan karena satu dan lain hal.
"Investor kami harapkan untuk memahami kemungkinan ini, besarnya berapa, sumber dananya berapa. Ini masih dalam penjajakan. Pasti kami akan menganalisis dan memperhitungkan apa yang terbaik bagi perseroan ke depan," jelas dia.
Sepanjang semester I 2017, Ancora mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 20 persen menjadi 43,39 juta dolar AS dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 54,17 juta dolar.
Penurunan pendapatan itu didorong berkurangnya penjualan dua anak usaha, yaitu PT Multi Nitrotama Kimia (MNK), anak usaha Ancora di bidang industri peledakan komersial dan PT Bormindo Nusantara, anak usaha penyedia jasa pengeboran minyak dan gas darat serta perawatan sumur.
Pada periode Januari-Juni 2017, MNK mencatatkan penjualan 32,98 juta dolar AS, turun 23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 42,76 juta dolar AS. Rugi bersih komprehensif juga naik 90 persen menjadi 4 juta dolar AS dari sebelumnya 2,13 juta dolar AS.
Sementara itu, penjualan Bormindo tercatat 10,4 juta dolar AS, turun 9 persen dari semester I 2016 sebesar 11,4 juta dolar AS. Sedangkan laba bersih yang didapat pada Juni 2016 mencapai 326 ribu dolar AS turun menjadi rugi bersih 1,28 juta dolar AS.
Teddy juga menyebutkan utang usaha Ancora pada periode semester I 2017 meningkat 4 persen menjadi 39,56 juta dolar AS dari posisi akhir Desember 2016 sebesar 37,44 juta dolar AS, terutama dikontribusikan oleh kenaikan utang usaha MNK sebesar 5 persen. Ancora dan MNK saat ini dalam tahap diskusi dengan masing-masing kreditor untuk membahas restrukturisasi yang fokus pada peningkatan keberlanjutan keuangan perseroan dan MNK.
"Kami dalam waktu dekat juga berencana untuk melakukan aksi korporasi antara lain berupa penerbitan surat utang dan atau saham baru untuk memperbaiki struktur permodalan dan kondisi keuangan perusahaan," ujarnya.
(T.F004/A026)
Direktur Utama Ancora Indonesia Resources, Teddy Kusumah Somantri dalam paparan publik perusahaan di Jakarta, Rabu, mengatakan aksi korporasi ini sangat bergantung pada kajian yang akan dilakukan perusahaan.
Ancora Indonesia masih menjajaki berbagai kemungkinan tentang prospek yang akan diambil di sektor pertambangan emas dan mineral, termasuk akuisisi atau merger.
"Kami harus lihat prospek tambang emas dan mineral lainnya, status perizinan dalam kegiatan pertambangannya dan juga cadangannya melalui lembaga sertifikasi independen," ujar Teddy.
Menurut dia, Ancora Indonesia belum bisa memastikan kebutuhan dana yang diperlukan untuk aksi korporasi ini, termasuk waktu pelaksanaan masuk ke bisnis pertambangan emas dan mineral di Tanah Air. Ancora akan senantiasa memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam melaksanakan pengembangan usaha yang saat ini dikaji oleh perusahaan.
Teddy mengatakan rincian mengenai hal ini belum bisa diberikan karena masih sangat awal dan belum ada pegangan apa-apa. Artinya, masih terbuka kemungkinan untuk tidak tercapainya kesepakatan karena satu dan lain hal.
"Investor kami harapkan untuk memahami kemungkinan ini, besarnya berapa, sumber dananya berapa. Ini masih dalam penjajakan. Pasti kami akan menganalisis dan memperhitungkan apa yang terbaik bagi perseroan ke depan," jelas dia.
Sepanjang semester I 2017, Ancora mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 20 persen menjadi 43,39 juta dolar AS dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 54,17 juta dolar.
Penurunan pendapatan itu didorong berkurangnya penjualan dua anak usaha, yaitu PT Multi Nitrotama Kimia (MNK), anak usaha Ancora di bidang industri peledakan komersial dan PT Bormindo Nusantara, anak usaha penyedia jasa pengeboran minyak dan gas darat serta perawatan sumur.
Pada periode Januari-Juni 2017, MNK mencatatkan penjualan 32,98 juta dolar AS, turun 23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 42,76 juta dolar AS. Rugi bersih komprehensif juga naik 90 persen menjadi 4 juta dolar AS dari sebelumnya 2,13 juta dolar AS.
Sementara itu, penjualan Bormindo tercatat 10,4 juta dolar AS, turun 9 persen dari semester I 2016 sebesar 11,4 juta dolar AS. Sedangkan laba bersih yang didapat pada Juni 2016 mencapai 326 ribu dolar AS turun menjadi rugi bersih 1,28 juta dolar AS.
Teddy juga menyebutkan utang usaha Ancora pada periode semester I 2017 meningkat 4 persen menjadi 39,56 juta dolar AS dari posisi akhir Desember 2016 sebesar 37,44 juta dolar AS, terutama dikontribusikan oleh kenaikan utang usaha MNK sebesar 5 persen. Ancora dan MNK saat ini dalam tahap diskusi dengan masing-masing kreditor untuk membahas restrukturisasi yang fokus pada peningkatan keberlanjutan keuangan perseroan dan MNK.
"Kami dalam waktu dekat juga berencana untuk melakukan aksi korporasi antara lain berupa penerbitan surat utang dan atau saham baru untuk memperbaiki struktur permodalan dan kondisi keuangan perusahaan," ujarnya.
(T.F004/A026)
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: