Cassini akan terjun ke Saturnus setelah misi 13 tahun
30 Agustus 2017 16:06 WIB
Pesawat luar angkasa Cassini milik NASA terlihat menuju celah antara Saturnus dan cincinnya dalam ilustrasi 22 penceburan terakhir misi. Pesawat itu akan terakhir kali mencebur ke atmosfer planet itu pada 15 September 2017. (NASA/JPL-Caltech)
Washington (ANTARA News) - Pesawat luar angkasa Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Cassini, akan mengakhiri misi 13 tahun ke Saturnus pada pertengahan September dengan mengirimkan data sampai momen terakhir sebelum terjun ke atmosfer planet tersebut.
Cassini, pesawat luar angkasa pertama yang mengorbit Saturnus, akan 22 kali mencebur ke antara cincin dan permukaan planet pada 15 September, dan selanjutnya masuk ke atmosfernya dan terbakar.
Penyelaman terakhir Cassini itu akan mengakhiri misi yang menghasilkan temuan terobosan yang mencakup perubahan musiman di Saturnus, kemiripan bulan Titan dengan Bumi purba, dan samudra global di bulan Enceladus yang punya pancaran es pada permukaannya.
"Misi ini luar biasa gila, liar dan indah suksesnya, dan akan menuju akhir dalam sekitar dua pekan," kata Curt Niebur, ilmuwan program Cassini, dalam telekonferensi dengan para reporter dari Laboratorium Propulsi Jet NASA di California.
Foto terakhir Cassini saat menuju ke atmosfer Saturnus kemungkinan hanya baling-baling, atau celah dalam cincin akibat bulan terbit, kata Linda Spilker, ilmuwan proyek itu.
Pesawat antariksa itu akan memberikan data hampir seketika mengenai atmosfer Saturnus sampai kehilangan kontak dengan Bumi pada pukul 04.54 PDT (1154 GMT) pada 15 September menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA).
Spilker mengatakan data terakhir Cassini mengenai cincin Saturnur menunjukkan sekarang masanya lebih ringan dari perkiraan.
Itu menunjukkan mereka lebih muda sekitar 120 juta tahun dari perkiraan, dan dengan demikian terbentuk setelah kelahiran tata surya, katanya.
Selama orbit finalnya di antara atmosfer dan cincin, Cassini juga akan mempelajari atmosfer Saturnus dan melakukan pengukuran untuk menentukan ukuran inti berbatu planet itu.
Cassini telah meneliti Saturnus, planet keenam dari tata surya, dan rombongan 62 bulannya yang diketahui sejak Juli 2004. Penelitian itu telah menjadi sumber data bagi hampir 4.000 makalah ilmiah.
Karena bahan bakar pesawat menipis, NASA menjatuhkannya ke Saturnus untuk menghindari peluang suatu hari bisa bertabrakan dengan TitanTitan, Enceladus atau bulan lain yang berpotensi mendukung kehidupan mikrobial.
Dengan menghancurkan pesawat itu, NASA akan memastikan bahwa mikroba-mikroba Bumi penumpang Cassini yang masih hidup tidak akan mengontaminasi bulan-bulan itu untuk studi masa depan, demikian menurut siaran kantor berita Reuters.
Cassini, pesawat luar angkasa pertama yang mengorbit Saturnus, akan 22 kali mencebur ke antara cincin dan permukaan planet pada 15 September, dan selanjutnya masuk ke atmosfernya dan terbakar.
Penyelaman terakhir Cassini itu akan mengakhiri misi yang menghasilkan temuan terobosan yang mencakup perubahan musiman di Saturnus, kemiripan bulan Titan dengan Bumi purba, dan samudra global di bulan Enceladus yang punya pancaran es pada permukaannya.
"Misi ini luar biasa gila, liar dan indah suksesnya, dan akan menuju akhir dalam sekitar dua pekan," kata Curt Niebur, ilmuwan program Cassini, dalam telekonferensi dengan para reporter dari Laboratorium Propulsi Jet NASA di California.
Foto terakhir Cassini saat menuju ke atmosfer Saturnus kemungkinan hanya baling-baling, atau celah dalam cincin akibat bulan terbit, kata Linda Spilker, ilmuwan proyek itu.
Pesawat antariksa itu akan memberikan data hampir seketika mengenai atmosfer Saturnus sampai kehilangan kontak dengan Bumi pada pukul 04.54 PDT (1154 GMT) pada 15 September menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA).
Spilker mengatakan data terakhir Cassini mengenai cincin Saturnur menunjukkan sekarang masanya lebih ringan dari perkiraan.
Itu menunjukkan mereka lebih muda sekitar 120 juta tahun dari perkiraan, dan dengan demikian terbentuk setelah kelahiran tata surya, katanya.
Selama orbit finalnya di antara atmosfer dan cincin, Cassini juga akan mempelajari atmosfer Saturnus dan melakukan pengukuran untuk menentukan ukuran inti berbatu planet itu.
Cassini telah meneliti Saturnus, planet keenam dari tata surya, dan rombongan 62 bulannya yang diketahui sejak Juli 2004. Penelitian itu telah menjadi sumber data bagi hampir 4.000 makalah ilmiah.
Karena bahan bakar pesawat menipis, NASA menjatuhkannya ke Saturnus untuk menghindari peluang suatu hari bisa bertabrakan dengan TitanTitan, Enceladus atau bulan lain yang berpotensi mendukung kehidupan mikrobial.
Dengan menghancurkan pesawat itu, NASA akan memastikan bahwa mikroba-mikroba Bumi penumpang Cassini yang masih hidup tidak akan mengontaminasi bulan-bulan itu untuk studi masa depan, demikian menurut siaran kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: