Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melaporkan perkembangan mobil listrik ke Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta.
"Saya juga melaporkan peta jalan mobil listrik. Pada prinsipnya beliau menanyakan mengenai waktu-waktunya, time frame dari mobil listrik," kata Airlangga usai menghadap Presiden di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan bahwa di dunia ini ada mazhab mobil listrik, yakni melarang total dan ada juga yang melakukan persentase minimal produksi kendaraan mobil listrik.
"Kami bahas dengan Bapak Presiden dan beliau setuju untuk dilakukan semacam pembatasan pada waktu tertentu. Salah satu yang kita setujui adalah beliau menyetujui tahun 2025 itu 20 persen itu sudah diproduksi dari mobil berbasis electric vehicles," katanya.
Sedangkan terkait bea masuk, kata Airlangga, berdasarkan free trade agreement (FTA) sebesar 50 persen untuk kendaraan mobil listrik.
Airlangga menyebutkan berdasarkan most favored nation (MFN) sebesar 50 persen dan pihaknya ingin menurunkan MFN tersebut 5 persen jika produsen mobil listrik tersebut memiliki roadmap untuk berproduksi di dalam negeri.
"Kalau tidak mempunyai komitmen membangun di dalam negeri, tentu tidak dapat fasilitas yang 5 persen. Jadi ini yang akan didorong," katanya.
Menperin mengatakan saat ini banyak pabrikan di Indonesia sudah memamerkan purna rupa (prototype) dan selanjutnya akan dilakukan uji coba mobil listrik.
"Pengujian itu kan terhadap dua tipe, motor listrik itu kan ada dua, satu yang plug-in hybrid, jadi dia memang harus dicolokin ke listrik, ada juga yang mempunyai engine bukan hybrid, engine hanya untuk meng-charge. Jadi self charging electric vehicle," jelas Menperin.
Airlangga mengatakan self charging electric vehicle ini juga nanti ikut disiapkan di Indonesia.
"Jadi ada tipe yang satu tidak perlu di plug-in. Yang satu plug-in. Dua-duanya jenisnya adalah electric vehicle," ungkapnya.
Menperin mengatakan saat ini yang mesti dikerjakan adalah untuk pengembangan teknologi baterainya, yakni lithium-ion battery.
"Lithium-ion battery, Kementerian Perindustrian melakukan research mengenai itu dan ada salah satu produsen otomotif juga mempersiapkan Lithium-ion battery. Tetapi teknologi itu bisa di kembangkan dengan dua cara, Lithium-ion, dan juga menggunakan baterei yang standar sekarang. Jadi kalau seperti teknologi motor mungkin electric vehicle tapi motornya bukan menggunakan Lithium-ion, tapi baterai biasa, tapi dua biji. Ini kan teknologi yang berkembang," katanya.
Menperin mengakui sudah ada beberapa negara yang berminat mengembangkan mobil listrik di Indonesia dan pihaknya akan melihat fasilitasinya.
"Ini terbuka untuk berbagai negara, China sudah menyatakan minat, Jepang minat, Taiwan minat, nanti kita lihat, kita fasilitasi," ungkapnya.
Sedangkan untuk perkembangan produsen di dalam negeri, kata Airlangga, juga dipersilakan untuk memproduksi dan memasarkan secara luas.
"Produksi dalam negeri itu juga didorong untuk bukan hanya membuat, tapi hanya memasarkan secara luas. Memasarkan secara luas kan kuncinya distribusi network harus luas. Dua, kapasitas pabrik bisa tinggi. Ketiga spare part terjamin. Keempat resale value terjamin. Kelima ada pembiayaan. Jadi itu lima unsur yang harus dimiliki industri otomotif," katanya.
Menperin mengakui saat ini ada beberapa pihak sedang memproduksi mobil listrik, seperti BPPT bekerjasama dengan ITS.
Menperin laporkan perkembangan mobil listrik ke Presiden
30 Agustus 2017 12:54 WIB
ilustrasi mobil listrik (pixabay/CC0 Public Domain)
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: