Palembang (ANTARA News) - Wacana Partai Amanat Nasional (PAN) untuk menjadi partai oposisi mencuat di dalam pandangan umum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II yang digelar di Palembang, Sumatera Selatan, 1-3 Juni 2007. "Sebagian besar DPW menilai PAN jadi partai oposisi yang kritis dengan menarik kadernya dari kabinet dan sebagian lainnya mengusulkan PAN tetap jadi mitra yang kritis dan membiarkan kadernya di kabinet," kata Bendahara DPP PAN, Achmad Hafisz Tohir, di Palembang, Sabtu. Hafisz mengatakan, sejumlah DPW yang meminta kader PAN ditarik dari kabinet karena menilai keberadaan kader PAN di kabinet dapat menghambat laju kritis PAN terhadap pemerintah. Menurut Hafisz, keingingan dari sejumlah DPW wajar. Namun, dirinya belum dapat memastikan keputusan apa yang akan dihasilkan dari dua pandangan yang berbeda tersebut. "Itu baru mencuat meskipun itu cukup hangat dalam pleno dan akan dibahas lagi dalam kelompok kerja untuk melahirkan resolusi," katanya. Lebih jauh, Hafisz menyatakan dirinya tidak setuju jika kader PAN yang berada di Kabinet Indonesia Bersatu ditarik. "Menurut saya, PAN tidak perlu menarik kadernya dari kabinet karena PAN telah mewakafkan menterinya," ujarnya. Ia menilai, meskipun menteri PAN berada di pemerintahan, daya kritis PAN terhadap pemerintah tetap sama. "Yang penting, PAN tetap kritis menyikapi segala kebijakan pemerintah," katanya. Sementara itu, Ketua DPW PAN Jawa Timur Suyoto mengatakan langkah oposisi itu, harusnya dibarengi dengan gagasan alternatif dan solutif. Menurut dia, langkah yang diambil PAN menjadi partai oposisi solutif, dimaksudkan bukan untuk menentang pemerintah tetapi lebih ditujukan pada kekritisan terhadap kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak memihak rakyat. Sampai Sabtu malam, Rakernas II PAN belum memutuskan langkah apa yang akan diambil oleh DPP PAN terhadap pemerintah dan dijadwalkan baru akan diumumkan pada Minggu (3/6). (*)