Investor Singapura berminat danai LRT Jabodebek
28 Agustus 2017 19:33 WIB
Kendaraan melintas di dekat proyek pembangunan light rail transit (LRT) di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta, Selasa (22/8/2017). (ANTARA/Aprillio Akbar)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut investor asal Singapura menyatakan minat untuk ikut mendanai pembangunan proyek kereta ringan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) senilai Rp2 triliun.
Pendanaan tersebut akan membuat porsi pembiayaan dari perbankan dalam negeri berkurang Rp2 triliun dari hitungan awal.
"Nanti dengan investasi itu, porsi dari bank lokal akan turun. Itu sebenarnya untuk memancing orang (pihak swasta) untuk masuk," kata Luhut di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Senin.
Kendati demikian, mantan Menko Polhukam itu masih enggan mengungkap investor dari negara tetangga itu.
Luhut mengaku masih banyak rincian yang perlu diselesaikan dalam proyek pembangunan transportasi massal itu. Menurut dia, proyek LRT Jabodebek merupakan proyek kereta ringan pertama yang digarap pemerintah dengan skema berbeda sehingga masih banyak peraturan pendukung yang belum tersedia. Ia juga berharap keberhasilan proyek tersebut bisa dicontoh oleh proyek sejenis lainnya di masa mendatang.
"Jadi mesti dibuat supaya semua lancar karena ini jadi copy paste untuk proyek LRT lainnya," ujarnya.
Proyek LRT Jabodebek dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk (Persero) sebagai kontraktor dan PT KAI (Persero) sebagai investor sekaligus operator. Dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut mencapai Rp26,7 triliun yang terdiri atas anggaran negara melalui penyertaan modal negara (PMN) dan kredit perbankan.
Pemerintah menanggung sekitar Rp9 triliun dan sisanya didapatkan dari kredit perbankan dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan BCA.
Pendanaan tersebut akan membuat porsi pembiayaan dari perbankan dalam negeri berkurang Rp2 triliun dari hitungan awal.
"Nanti dengan investasi itu, porsi dari bank lokal akan turun. Itu sebenarnya untuk memancing orang (pihak swasta) untuk masuk," kata Luhut di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Senin.
Kendati demikian, mantan Menko Polhukam itu masih enggan mengungkap investor dari negara tetangga itu.
Luhut mengaku masih banyak rincian yang perlu diselesaikan dalam proyek pembangunan transportasi massal itu. Menurut dia, proyek LRT Jabodebek merupakan proyek kereta ringan pertama yang digarap pemerintah dengan skema berbeda sehingga masih banyak peraturan pendukung yang belum tersedia. Ia juga berharap keberhasilan proyek tersebut bisa dicontoh oleh proyek sejenis lainnya di masa mendatang.
"Jadi mesti dibuat supaya semua lancar karena ini jadi copy paste untuk proyek LRT lainnya," ujarnya.
Proyek LRT Jabodebek dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk (Persero) sebagai kontraktor dan PT KAI (Persero) sebagai investor sekaligus operator. Dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut mencapai Rp26,7 triliun yang terdiri atas anggaran negara melalui penyertaan modal negara (PMN) dan kredit perbankan.
Pemerintah menanggung sekitar Rp9 triliun dan sisanya didapatkan dari kredit perbankan dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan BCA.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: