Jambi (ANTARA News) - Pemugaran 83 unit situs Candi Muarojambi di Kabupaten Muarojambi berjarak 35 km arah timur Kota Jambi baru selesai 10 persen. Berdasarkan master plan yang telah dibuat pemugaran itu akan dilanjutkan pada 2007 kerjasama Pemprov Jambi, Balai Peninggalan Sejarah dan Suaka Purbakala, dan Himpunan Pelestarian Candi Muarojambi, kata Gubernur Jambi, H Zulkifli Nurdin di Jambi, Sabtu. "Pemugaran Candi Muarojambi untuk menyelamatkan peninggalan sejarah amat berharga itu dari ancaman kepunahan," ujarnya. Pemugaran situs candi selain untuk melestarikan aset nasional dari ancaman kepunahan akibat ulah manusia, juga untuk memajukan sektor pariwisata di Jambi yang nantinya melibatkan investor dalam dan luar negeri. Misalnya setiap pengusaha memugar satu candi. Situs Muarojambi peninggalan abad IX dan XIV sebelum masehi itu juga merupakan salah satu benteng pertahanan Kerajaan Sriwijaya dan Melayu Kuno. Di kawasan itu juga ada benteng dan sungai yang mengelilinginya, serta gundukan tanah (menapo), dan patung Prajnaparamita. Para ahli berpendapat situs Candi Muarojambi masa lampau juga komplek peribadatan agama Budha. Sebab itu berbagai penelitian, pemugaran dan rekonstruksi akan terus dilakukan. Situs Candi Muarojambi juga berhubungan erat dengan kerajaan Melayu Kuno yaitu sebuah kerajaan lokal yang pada awal abad VII Masehi pernah mengirim utusan ke China. Kerajaan itu hidup hingga abad XV dengan dua kali berpindah tempat ke arah hulu Sungai Batanghari yaitu ke Dharmasraya dan Pagaruyung Sumatera Barat. Ia menjelaskan, tindak lanjut pemugaran Candi Muarojambi seluas 2.025 hektare karena masih terdapat puluhan reruntuhan candi dan sisa aktifitas yang mencerminkan hubungan luas penduduk masa itu dengan dunia luar melalui perdagangan, dan mungkin pula keagamaan. Jika dilihat keragaman simbol-simbol sejarah (artefak) yang ditemukan memperlihatkan adanya hubungan erat dengan komunitas lain di Sumatera, daratan Asia Tenggara, China, India hingga Timur Tengah.