Hewan peliharaan juga bisa alergi makanan
28 Agustus 2017 05:48 WIB
Kepala Pengembangan Internasional GumGum, Greg Pritchard (36), memangku anjing rah Shih Tzu bernama Miles di kantornya, di Santa Monica, California, Amerika Serikat. (REUTERS/Lucy Nicholson)
Jakarta (ANTARA News) - Tak hanya manusia, hewan peliharaan --katakanlah anjing, kucing dan kuda-- juga bisa terkena alergi pada makanan tertentu, menurut satu studi.
Studi menunjukkan bahwa hewan menderita intoleransi laktosa dan alergi protein susu. Beberapa mamalia juga alergi terhadap protein tertentu dalam gandum, kedelai, kacang tanah, kacang pohon, ikan, telur dan daging.
Dalam kasus anjing, kucing atau kuda, efek samping alergi sebagian besar mempengaruhi kulit, diikuti oleh saluran gastro-intestinal.
Sementara asma atau reaksi kejut parah jarang terjadi. Hal ini disebabkan ada tumpang tindih antara pemicu respons imun terhadap makanan dan bahan tertentu.
"Tidak hanya manusia tapi pada dasarnya semua mamalia rentan terhadap alergi, karena sistem kekebalan tubuh mereka mampu menghasilkan imunoglobulin E," kata peneliti Isabella Pali-Scholl, dari University of Veterinary Medicine di Wina.
Namun, karena cara yang tepat soal mekanisme dan pemicu alergi ini belum diketahui, menghindari alergen adalah satu-satunya hal yang bisa para pemilik hewan lakukan.
"Selama periode diagnosis ini, hewan diberi makan makanan buatan sendiri atau yang ditentukan dokter hewan. Jika belum ada reaksi alergi berbahaya seperti sebelumnya, makanan 'normal' secara bertahap diperkenalkan kembali, " saran Pali-Scholl.
Prosedur ini memungkinkan diet bebas alergen disesuaikan dengan intoleransi makanan masing-masing, sambil menghindari pembatasan yang tidak perlu. Demikian seperti dilansir laman Indian Express.
Studi menunjukkan bahwa hewan menderita intoleransi laktosa dan alergi protein susu. Beberapa mamalia juga alergi terhadap protein tertentu dalam gandum, kedelai, kacang tanah, kacang pohon, ikan, telur dan daging.
Dalam kasus anjing, kucing atau kuda, efek samping alergi sebagian besar mempengaruhi kulit, diikuti oleh saluran gastro-intestinal.
Sementara asma atau reaksi kejut parah jarang terjadi. Hal ini disebabkan ada tumpang tindih antara pemicu respons imun terhadap makanan dan bahan tertentu.
"Tidak hanya manusia tapi pada dasarnya semua mamalia rentan terhadap alergi, karena sistem kekebalan tubuh mereka mampu menghasilkan imunoglobulin E," kata peneliti Isabella Pali-Scholl, dari University of Veterinary Medicine di Wina.
Namun, karena cara yang tepat soal mekanisme dan pemicu alergi ini belum diketahui, menghindari alergen adalah satu-satunya hal yang bisa para pemilik hewan lakukan.
"Selama periode diagnosis ini, hewan diberi makan makanan buatan sendiri atau yang ditentukan dokter hewan. Jika belum ada reaksi alergi berbahaya seperti sebelumnya, makanan 'normal' secara bertahap diperkenalkan kembali, " saran Pali-Scholl.
Prosedur ini memungkinkan diet bebas alergen disesuaikan dengan intoleransi makanan masing-masing, sambil menghindari pembatasan yang tidak perlu. Demikian seperti dilansir laman Indian Express.
Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: