Sanaa (ANTARA News) - Sedikitnya dua orang tewas pada Sabtu ketika sejumlah pendukung mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh bentrok dengan petempur Houthi di Sanaa.

Peristiwa tersebut menandai kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam kekuatan gabungan yang tengah melawan sekutu pimpinan Saudi itu, lapor Reuters.

Sejumlah anggota pengawal kepresidenan terlibat baku tempak dengan petempur Houthi yang sedang mencoba mendirikan pos pemeriksaan keamanan di dekat rumah putra Ali Abdullah dan kantor medianya, kata beberapa warga sekitar.

Pertarungan terus berlanjut selama beberapa jam, memutus akses jalan utama di lingkungan Hadda, kata mereka.

Kantor berita negara yang dikendalikan Houthi, SABA mengatakan bahwa dua anggota komite terkenal tewas dalam kekerasan tersebut. Sejumlah laporan media yang menyatakan lebih banyak korban dari kedua belah pihak, tidak dapat dipastikan dengan segera kebenarannya.

Aliansi taktis antara kelompok pendukung Ali Abdullah dan gerakan Houthi sering terlihat rapuh, dengan kedua belah kelompok saling mencurigai niat utama masing-masing pihak.

Ali Abdullah mengumpulkan ribuan pendukungnya di Sanaa pada Kamis dalam sebuah unjuk kekuatan, sehari setelah petempur Houthi menentang dan mengutuk pernyataan mereka yang menganggap gerakan Houthi sebagai "pemberontak".

Kedua belah pihak bersama-sama mengendalikan wilayah Yaman utara dan berperang melawan pemerintah yang diakui secara internasional dan didukung oleh sekutu pimpinan Saudi, selama 2-1/2 tahun.

Pasukan sekutu pimpinan Saudi ikut campur dalam perang sipil Yaman pada 2015, untuk mendukung pemerintah yang tengah berkuasa di Sanaa.

Namun kemelut tersebut, yang telah menewaskan setidak-tidaknya 10.000 orang, saat ini sedang dalam kebuntuan.

Aliran kesetiaan besar adalah ciri pemandangan politik ala Bizantium Yaman, terutama sejak peristiwa "Arab Spring" pada 2011. Sebuah kerusuhan yang menjadi pemicu jatuhnya Ali Abdullah pada 2012.

(Uu.Aulia/KR-AMQ/M016)