Medan (ANTARA News) - Menteri Riset,Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir merencanakan akan mengumpulkan para rektor yang ada di Tanah Air untuk membahas masalah radikalisme yang akhir-akhir ini menjadi ancaman terhadap bangsa dan negara.
"Radikalisme tersebut sangat berbahaya di lingkungan perguruan tinggi, makanya akan diadakan pertemuan dengan para rektor di Jakarta," kata Nasir, usai menghadiri Dirgahayu ke-30 Yayasan Pendidikan Perguruan Sultan Iskandar Muda di Medan, Sabtu.
Pertemuan dengan para rektor sebagai pimpinan perguruan tinggi, menurut dia, penting dilaksanakan mengingat perkembangan radikalisme yang terjadi dan cara-cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.
"Kita tentunya tidak ingin masalah radikalisme itu terus berkembang dan juga ujaran kebencian, hal tersebut dapat membahayakan di lingkungan kampus perguruan tinggi," ujar Nasir.
Ia mengatakan, kegiatan radikalisme yang bertentangan dengan hukum itu, jangan sampai terjadi di lingkungan kampus sehingga harus dilakukan pencegahan.
Perguruan tinggi tersebut, harus benar-benar bersih dari aktivitas radikalisme.
"Inilah tujuan diadakannya pertemuan dengan para rektor tersebut," ucap Menristekdikti.
Ketika ditanyakan perlunya Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dihidupkan kembali, Nasir mengatakan, kemungkinan akan menggantinya dengan Program Pendidikan Bela Negara.
Program Pendidikan Bela Negara itu akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan tersendiri di sekolah mau pun perguruan tinggi.
"Selain itu, universitas agar tetap memaksimalkan mata kuliah Pancasila, dan tidak hanya dalam teori, tetapi harus diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari," kata Menristekdikti.
(T.M034/I023)
Menristekdikti segera kumpulkan rektor bahas masalah radikalisme
26 Agustus 2017 22:09 WIB
Menristek Dikti, M Nasir (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: