Kemampuan bahasa asing pemandu wisata Sumbar minim
25 Agustus 2017 17:32 WIB
Ilustrasi--Sejumlah pemandu wisata melambaikan tangan ke arah kapal pesiar MS Albatros yang meninggalkan Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, Maluku, Jumat (27/2). Sekitar 800 wisatawan mancanegara yang menumpang kapal pesiar MS Albatros berbendera Jerman ini, mengunjungi sejumlah lokasi wisata di Kota Ambon selama 10 jam, sebelum akhirnya bertolah ke kota tujuan selanjutnya. (ANTARA FOTO/Embong Salampessy)
Padang (ANTARA News) - Kemampuan bahasa asing pemandu wisata di Sumatera Barat (Sumbar), masih sangat minim dan harus ditingkatkan agar bisa berperan dalam pengembangan pariwisata daerah.
"Data Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sumbar, dari 416 pemandu wisata setempat yang memiliki kemampuan bahasa asing yang baik hanya 15 persen," kata Ketua DPD HPI Sumbar, Budiman di Padang, Jumat.
Sementara sisanya, hanya bisa bahasa Inggris sekadarnya dan belum bisa disebut ahli sehingga komunikasi dengan wisatawan terbatas.
Sedangkan, pemandu yang memiliki keahlian bahasa lain seperti Korea. lebih sedikit lagi. Tercatat hanya satu orang pemandu wisata di Sumbar yang fasih berbahasa itu.
Jika banyak wisatawan dari negara ginseng itu yang datang ke Sumbar, akan kesulitan mencari pemandu wisata yang bisa mengiringi.
Hal itu termasuk untuk bahasa asing lain seperti Belanda, Jepang dan Mandarin. Padahal, sebagian wisatawan asing yang datang, tidak dapat berbahasa Inggris dan hanya dapat menggunakan bahasa ibunya.
Kendala itu, menurut dia harus dicarikan solusi terbaik karena wisatawan yang datang tentu membutuhkan informasi terkait destinasi wisata, sejarah dan budaya setempat yang dinilainya menarik.
Jika hal itu tidak bisa didapatkan, tentu menjadi nilai minus bagi pariwisata Sumbar.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing pemandu wisata itu menurut Budiman adalah dengan pelatihan.
Ia mengatakan DPD HPI Sumbar bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata telah melakukan pelatihan, tidak saja untuk bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional, tetapi juga untuk bahasa Spanyol, Belanda, Jepang, Mandaring dan Korea.
"Kita juga mendorong pemandu wisata untuk meningkatkan kemampuan secara otodidak," kata dia.
Selain mengandalkan pemandu wisata yang sudah ada, diperlukan tenaga baru profesional terutama lulusan sekolah pariwisata.
"Artinya, geliat pariwisata Sumbar yang sudah mulai terasa ini, harus diimbangi juga dengan kesiapan tenaga kerja di bidang itu," lanjutnya.
Ia juga berharap pemerintah melalui lembaga pendidikan dan pelatihan-pelatihan untuk ikut mendorong terciptanya tenaga kerja pemandu wisata yang profesional.
"Data Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sumbar, dari 416 pemandu wisata setempat yang memiliki kemampuan bahasa asing yang baik hanya 15 persen," kata Ketua DPD HPI Sumbar, Budiman di Padang, Jumat.
Sementara sisanya, hanya bisa bahasa Inggris sekadarnya dan belum bisa disebut ahli sehingga komunikasi dengan wisatawan terbatas.
Sedangkan, pemandu yang memiliki keahlian bahasa lain seperti Korea. lebih sedikit lagi. Tercatat hanya satu orang pemandu wisata di Sumbar yang fasih berbahasa itu.
Jika banyak wisatawan dari negara ginseng itu yang datang ke Sumbar, akan kesulitan mencari pemandu wisata yang bisa mengiringi.
Hal itu termasuk untuk bahasa asing lain seperti Belanda, Jepang dan Mandarin. Padahal, sebagian wisatawan asing yang datang, tidak dapat berbahasa Inggris dan hanya dapat menggunakan bahasa ibunya.
Kendala itu, menurut dia harus dicarikan solusi terbaik karena wisatawan yang datang tentu membutuhkan informasi terkait destinasi wisata, sejarah dan budaya setempat yang dinilainya menarik.
Jika hal itu tidak bisa didapatkan, tentu menjadi nilai minus bagi pariwisata Sumbar.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing pemandu wisata itu menurut Budiman adalah dengan pelatihan.
Ia mengatakan DPD HPI Sumbar bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata telah melakukan pelatihan, tidak saja untuk bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional, tetapi juga untuk bahasa Spanyol, Belanda, Jepang, Mandaring dan Korea.
"Kita juga mendorong pemandu wisata untuk meningkatkan kemampuan secara otodidak," kata dia.
Selain mengandalkan pemandu wisata yang sudah ada, diperlukan tenaga baru profesional terutama lulusan sekolah pariwisata.
"Artinya, geliat pariwisata Sumbar yang sudah mulai terasa ini, harus diimbangi juga dengan kesiapan tenaga kerja di bidang itu," lanjutnya.
Ia juga berharap pemerintah melalui lembaga pendidikan dan pelatihan-pelatihan untuk ikut mendorong terciptanya tenaga kerja pemandu wisata yang profesional.
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: