Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menurunkan populasi ayam petelur di Blitar, Jawa Timur demi menjaga stabilitas harga telur di tingkat peternak, kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita.

“Saat ini populasi ayam memang menurun, karena kebijakan kami untuk menurunkan populasi di Blitar yang sebelumnya mengalami over supply, dengan harapan harga telur di tingkat peternak stabil”, kata I Ketut Diarmita dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan kebijakan itu muncul setelah ada keluhan dari peternak tentang penurunan harga ayam hidup, baik itu broiler dan jantan layer, serta telur ayam di bawah harga pokok produksi.

Perwakilan peternak berdemonstrasi terkait adanya penurunan harga telur di Blitar, bahkan ada yang tidak mampu melanjutkan usahanya.

Pihaknya pun langsung menemui peternak dan meninjau kandang-kandang ayam di Blitar.

“Kami beberapa kali melakukan pertemuan dengan stakeholder lainnya untuk mencari solusi permasalahan terkait anjloknya harga telur tersebut," katanya.

Pada akhirnya, kebijakan yang disepakati bersama para pemangku kepentingan setempat untuk menstabilkan harga telur dan ayam adalah dengan menyeimbangkan jumlah kebutuhan dan pasokan.

"Menyesuaikan jumlah Final Stock sesuai dengan penerapan Kepmentan 3035/2017 agar tidak terjadi over supply setelah dilakukan pendataan dan penghitungan pasokan dan kebutuhan," katanya, menambahkan pemantauan secara berkelanjutan juga diterapkan agar pengendalian populasi berlangsung lancar.

Setelah kebijakan itu diterapkan, harga telur ayam terus meningkat. Harga telur di Blitar saat ini Rp16.000 - 16.500 (stabil), di Yogyakarta Rp17.000, Jabodetabek Rp18.000, sedangkan Harga Acuan yang telah ditetapkan oleh Menteri Perdagangan adalah Rp18.000.

“Melalui pendekatan tersebut, keseimbangan Supply dan Demand ternyata segera pulih kembali”, ungkap I Ketut Diarmita.