Kemenlu: tahan amarah terkait insiden bendera terbalik
23 Agustus 2017 14:50 WIB
Penasihat senior Isu Strategis Kementerian Luar Negeri RI Djauhari Oratmangun (kedua dari kiri) saat memberi presentasi pada acara ASEAN Busines Talks yang diselenggarakan oleh London School of Public Relations (LSPR) di Jakarta, Selasa. Djauhari didampingi oleh Direktur LSPR Prita Kemal Gani apada acara tersebut yang dihadiri oleh pembicara lain yaitu Duta Besar Jepang untuk ASEAN Kazuo Sunaga (kiri)dan Ketua Yayasan Gobel Matsushita Ir. Jusman Djamal (kedua dari kanan). (ANTARA News/HO)
Jakarta (ANTARA News) - Penasihat senior Isu Strategis Kementerian Luar Negeri RI Djauhari Oratmangun meminta agar masyarakat Indonesia menahan amarah dan emosi terkait insiden bendera Indonesia yang terbalik dalam "booklet" SEA Games 2017 di Malaysia.
"Saya lihat sudah banyak unggahan atau komentar yang berujung pada ujaran kebencian. Jika dibiarkan dikhawatirkan bisa memicu konflik," tutur Djauhari saaat ditemui dalam agenda "ASEAN Business Talk" di Jakarta, Selasa siang.
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Federasi Rusia itu, masyarakat perlu meninggalkan amarahnya mengingat adanya target ASEAN sebagai "Satu Pandangan, Satu Identitas, dan Satu Komunitas" pada tahun 2025.
Di dalamnya juga termasuk upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi negara-negara anggota ASEAN.
"Makanya jika ini dibiarkan, konflik yang terjadi justru bisa menghambat tujuan bersama kita di tahun 2025," tukas Djauhari, menambahkan.
Kondisi ini dinilai Djauhari sebagai salah satu tantangan ASEAN ke depan yang harus diselesaikan.
"Ini berkaitan langsung dengan situasi ekonomi di kawasan. Kalau tidak aman, ada konflik, semua (investor) pasti akan menghindar," katanya dengan tegas.
Oleh karena itu demi terciptanya cita-cita kesejahteraan bersama di tahun 2015 maka sudah sewajarnya jika semua pihak harus bisa menahan diri dan memaafkan.
Kegiatan bertema ASEAN Business Talk tersebut merupakan agenda yang diselenggarakan oleh ASEAN Public Relations Network, sebuah lembaga studi kawasan Asia Tenggara yang berada di bawah London School of Public Relations Jakarta.
Pendiri dan Direktur LSPR Prita Kemal Gani menyampaikan, melalui agenda ASEAN Business Talk diharapkan kalangan pebisnis, praktisi, mau pun masyarakat dapat memahami pentingnya ASEAN bagi kemajuan negeri.
"Saya lihat sudah banyak unggahan atau komentar yang berujung pada ujaran kebencian. Jika dibiarkan dikhawatirkan bisa memicu konflik," tutur Djauhari saaat ditemui dalam agenda "ASEAN Business Talk" di Jakarta, Selasa siang.
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Federasi Rusia itu, masyarakat perlu meninggalkan amarahnya mengingat adanya target ASEAN sebagai "Satu Pandangan, Satu Identitas, dan Satu Komunitas" pada tahun 2025.
Di dalamnya juga termasuk upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi negara-negara anggota ASEAN.
"Makanya jika ini dibiarkan, konflik yang terjadi justru bisa menghambat tujuan bersama kita di tahun 2025," tukas Djauhari, menambahkan.
Kondisi ini dinilai Djauhari sebagai salah satu tantangan ASEAN ke depan yang harus diselesaikan.
"Ini berkaitan langsung dengan situasi ekonomi di kawasan. Kalau tidak aman, ada konflik, semua (investor) pasti akan menghindar," katanya dengan tegas.
Oleh karena itu demi terciptanya cita-cita kesejahteraan bersama di tahun 2015 maka sudah sewajarnya jika semua pihak harus bisa menahan diri dan memaafkan.
Kegiatan bertema ASEAN Business Talk tersebut merupakan agenda yang diselenggarakan oleh ASEAN Public Relations Network, sebuah lembaga studi kawasan Asia Tenggara yang berada di bawah London School of Public Relations Jakarta.
Pendiri dan Direktur LSPR Prita Kemal Gani menyampaikan, melalui agenda ASEAN Business Talk diharapkan kalangan pebisnis, praktisi, mau pun masyarakat dapat memahami pentingnya ASEAN bagi kemajuan negeri.
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: