Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa kebijakan Bank Indonesia menurunkan suku buga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) akan berdampak positif bagi perekonomian nasional yang akhirnya dapat berdampak positif pada industri pasar modal.

"Secara teori, salah satu faktor untuk menggerakan perekonmian yakni dengan melonggarkan suku bunga. Kalau tingkat suku bunga diturunkan maka aktivitas dunia usaha akan meningkat. Nah, akhirnya investasi di portofolio pasar modal juga akan menjadi lebih baik," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Rabu.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2017 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen, dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 3,75 persen dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,25 persen, berlaku efektif sejak 23 Agustus 2017.

Ia mengatakan bahwa dengan kebijakan Bank Indonesia itu maka imbal hasil produk investasi di pasar modal akan lebih menarik dibandingkan produk perbankan seperti deposito.

"Indeks suku bunga akan turun, baik bunga pinjaman maupun deposito, tentu ini akan memberi imbas yang bagus pada kegiatan perekonomian dan pasar modal," kata Samsul Hidayat.

Menurut dia, kebijakan Bank Indonesia itu juga akan berkorelasi dengan target pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 mendatang sebesar 5,4 persen.

Sementara itu, Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Silvano Rumantir mengatakan bahwa kebijakan penurunan suku bunga akan membuat beban pembiayaan menjadi lebih terjangkau sehingga positif bagi pelaku usaha.

"Logika pasarnya, dengan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate ini maka cost of funding bisa tetap terjangkau. Saya kira ini masuk akal karena kita lagi banyak kebutuhan konsumsi."



"Nah, supaya konsumsi bisa naik mau tidak mau perusahaan juga harus bisa tumbuh dan bisa menggalang dana dengan harga terjangkau. Ujungnya nanti, akan menciptakan multiplier effect," katanya.


Dengan kebijakan Bank Indonesia itu, ia mengaku optimistis indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa mencapai level 6.100 poin hingga akhir tahun ini menyusul tambahan sentimen positif dari kebijakan Bank Indonesia.

"Pandangan kami IHSG mencapai 6.100 poin hingga akhir tahun ini. Sekarang indeks di level 5.900 poin. Indikator ekonomi masih under control, jadi kita optimis," ujarnya.