Menteri: Sepertiga orang radikal Prancis gangguan jiwa
23 Agustus 2017 11:06 WIB
Ilustrasi (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)
Paris (ANTARA News) - Hampir sepertiga orang yang tercatat dalam pantauan teror Prancis diyakini menderita gangguan jiwa, ungkap Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerard Collomb, Selasa (22/08), sehari setelah seorang pria yang mengalami sakit jiwa mengamuk dengan menggunakan mobil van curian di Marseille.
Insiden itu, saat pria tersebut melaju ke dua halte bus dan membunuh satu orang serta menyebabkan satu lainnya luka parah, segera disandingkan dengan serangkaian serangan di seluruh Eropa yang menggunakan kendaraan sebagai mesin pembunuh.
Namun, penyidik menyebutkan tidak ada bukti keterkaitan dengan aksi teror, mengatakan bahwa pengemudi Prancis berusia 35 tahun itu menderita gangguan "psikologi".
Serangan tersebut merupakan salah satu dari sejumlah serangan dalam sebulan terakhir di Prancis yang pelakunya menderita gangguan jiwa dan tampaknya meniru serangan oleh ekstremis.
Collomb mengatakan, dari sekitar 17.400 orang yang diindikasi oleh badan intelijen sebagai orang radikal, sepertiga di antaranya diyakini menderita gangguan jiwa.
Dia akan meminta bantuan rumah sakit jiwa dalam mengidentifikasi pasien yang kemungkinan dapat menimbulkan ancaman.
"Rahasia medis tentu saja rahasia, tetapi pada saat yang bersamaan, kami harus menemukan cara untuk menghindari kemungkinan sejumlah individu yang menderita gangguan serius melakukan serangan," katanya kepada saluran berita BFMTV, sebagaimana dilansir dari AFP.
Pakar terorisme telah lama memperingatkan bahwa liputan media yang intens terhadap kekerasan jihad dapat memacu serangan serupa oleh individu yang secara mental tidak stabil dengan kecenderungan kekerasan.
Penerjemah: Try Essra
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: