Tokyo (ANTARA News) - Jepang pada Jumat menyambut baik usulan Amerika Serikat (AS) untuk membentuk kerangka kerja global baru untuk memerangi perubahan iklim setelah Protokol Kyoto berakhir. "Saya percaya bahwa AS juga akhirnya memperhatikan serius kaitan dengan pemanasan global," kata Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, seperti dikutip oleh Kyodo News. Akira Amari, menteri ekonomi, perdagangan dan industri, mengatakan secara terpisah, bahwa suatu tindakan mencegah pemanasan global perlu melibatkan AS dan negara-negara penghasil gas buangan terbesar lainnya. "Saya menyambut gagasan baru AS, yang menunjukkan tekad Amerika akan ikut mengatasi pemanasan global," kata Amari dalam konferensi pers. "Partisipasi AS, China dan India sangat penting," katanya. "Dalam kaitan ini usulan AS sangat berarti." Presiden AS, George W. Bush Kamis mengatakan bahwa dia akan menyatakan kepada para pemimpin negara-negara industri Kelompok Delapan (G-8) pada konferensi tingkat tinggi (KTT) G-8 di Jerman pekan depan, untuk bergabung satu kerangka kerja baru yang memasukkan negara-negara miskin yang perlu dibantu dalam mendapatkan teknologi lingkungan yang lebih bersahabat. Onggris dan Jerman juga menyambut rencana Bush setelah suatu langkah ke depan. Bush menarik AS dari Protokol Kyoto sebagai salah satu dari langkah pertamanya ketika dia memasuki Gedung Putih pada tahun 2001. Namun para kelompok lingkungan memperingatkan, bahwa rencana Bush terlalu remang-remang dan kurang bisa membatasi emisi gas rumahkaca. Pada pekan lalu, Abe juga membuat usulan, yang menyerukan dunia untuk menyepakati tujuan umum mengurangi separoh dari emisi gas rumahkaca pada tahun 2050. Abe menyerukan negara-negara kaya untuk memberikan bantuan asing langsung guna membantu negara-negara berkembang mendapatkan teknologi emisi rendah, termasuk tenaga nuklir. Jepang telah berusaha keras memerangi pemanasan global. Protokol Kyoto, yang diperpanjang sampai tahun 2012, disebut demikian setelah kota tua Jepang itu ditempati sebagai perundingan. Tetapi Jepang, yang merasa berkewajiban berdasarkan Kyoto, menolak usulan Jerman untuk membentuk batas-waktu 2009 untuk menutup perundingan-perundingan mengenai pengganti Protokol Kyoto. Jepang menyerukan negara-negara pembuang emisi terbesar seperti AS, China dan India harus ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut sebelum membahas batas-waktu protokol tersebut berakhir. (*)