Magelang (ANTARA News) - Puluhan ribu umat Buddha dari dalam dan luar negeri secara khusuk melakukan meditasi detik-detik Waisak 2551 BE/2007, Jumat pagi di pelataran Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Beberapa menit sebelum waktu detik-detik Waisak tiba atau mulai sekitar pukul 07.59 WIB, terlihat turun gerimis rintik-rintik menghiasi sinar matahari pagi yang menerpa Candi Mendut. Para umat dari berbagai dewan sangha sambil bersimpuh melakukan meditasi di masing-masing altar, sedangkan para biksu berkumpul di altar utama di sebelah barat pelataran Candi Mendut. Meditasi detik-detik Waisak selama sekitar tiga menit itu dipimpin oleh Maha Bhiksu Dutavira Mahastavira. Beberapa kali suara pukulan genta terdengar sebagai pertanda dimulainya meditasi detik-detik Waisak. Saat umat melakukan meditasi, suasana hening menghiasi pelataran Candi Mendut. Meditasi detik-detik Waisak bagi umat Buddha untuk mengenang dan merenungkan tiga peristiwa agung yang dialami Sang Buddha Gautama yakni kelahiran Sidharta, Sidharta mencapai kesempurnaan, dan wafat Sang Buddha. Terlihat juga duduk bersila di deretan pertama altar utama Candi Mendut melakukan meditasi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha Departemen Agama, Budi Setyawan dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Siti Hartati Murdaya. Di altar utama Candi Mendut diletakkan sebuah patung Sang Buddha Gautama relatif besar berwarna kuning keemasan, relik Sang Buddha, puluhan kendi berisi air berkah, puluhan obor api dharma Waisak, puluhan lilin, hiasan dari berbagai macam makanan berbentuk tumpeng, dan bunga sedap malam. Secara bergantian Biksu Dutavira dan Lama Yen Yen menyampaikan pesan-pesan Waisak 2007, Biksu Thadisa Paramitha menyampaikan renungan Waisak 2007, dan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha, Budi Setyawan memberikan sambutan Waisak. Para pimpinan biksu sangha dengan diiringi Dirjen, Budi Setyawan dan Ketua Walubi, Hartati Murdaya, kemudian berjalan menaiki tangga Candi Mendut untuk menyalakan lilin pancawarna di altar yang ada di dalam candi tersebut. Mereka sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada masing-masing kemudian melakukan pradaksina (berjalan searah jarum jam) mengelilingi lorong Candi Mendut sebanyak tiga kali, sedangkan para umat yang masih berada di depan altar dewan sangha melantunkan tembang rohani dan membaca parita suci. Dutavira mengharapkan, ketulusan dan kekhusukan umat melakukan meditasi Waisak memancarkan cahaya kebaikan bagi alam semesta. "Semoga dengan ketulusan semadi ini dipancarkan ke alam semesta, semoga semua makhluk berbahagia, bangsa dan tanah air diberkati, para pemimpin mendapat penerangan dalam batin," katanya menambahkan. (*)