Freetown (ANTARA News) - Sierra Leone memakamkan 461 jenazah korban tanah longsor, yang menyapu rumah-rumah di daerah pinggiran ibu kota negara pada pekan ini, kata seorang pejabat pusat penanganan jenazah, Jumat.

Para petugas penyelamat masih terus berdatangan membawa jasad-jasad korban ke rumah jenazah dan mereka yang terkubur dalam longsoran tanah termasuk 156 anak, kata pejabat itu.



Ia menolak jati dirinya disebutkan dengan alasan ia tak berhak memberikan keterangan soal jumlah korban.


Pemerintah belum mengungkapkan jumlah korban yang tewas dalam bencana tersebut.

Palang Merah mengatakan pada Jumat bahwa lebih dari 600 orang masih belum ditemukan dan pencarian terus dilakukan dalam upaya menemukan korban-korban yang tertimbun di bawah tanah longsor.

Longsor, yang terjadi pada Senin itu, sejauh ini merupakan salah satu bencana terburuk di kawasan Afrika terkait banjir.

Bencana tersebut menghantam Sierra Leona hanya satu tahun setelah negara itu mulai pulih dari wabah Ebola, yang menewaskan 4.000 orang pada 2014 hingga 2016.

Presiden Sierra Leone Bai Koromo pada Kamis menghadiri pemakaman massal yang diselenggarakan oleh pemerintah di sebuah taman pemakaman di Freetown. Taman itu juga merupakan tempat banyak korban Ebola dimakamkan.

Badan-badan bantuan telah memperingatkan bahwa ada risiko kemunculan pencemaran dan wabah penyakit jika mayat para korban lainnya tidak bisa ditemukan.

"Jasad-jasad masih terus berdatangan," kata petugas rumah jenazah.

Enam jenazah dikumpulkan pada Kamis malam di kota Regent, yaitu daerah yang paling parah terkena dampak longsor, dan satu ditemukan pada Jumat pagi di sebuah pantai, kata petugas itu.