Barcelona (ANTARA News) - Pemerintah Kerajaan Spanyol memerintahkan aparat keamanannya menggelar operasi anti-teror pada Jumat setelah seorang sopir menabrakkan mobil bak yang dia kendarainya ke arah kerumunan khalayak di Barcelona hingga menewaskan 13 orang dan melukai puluhan warga, Kamis (17/8).

Sopir itu masih menjadi buron, sementara itu Kepolisian Spanyol menduga penabrakan itu adalah bagian dari rencana serangan teror beruntun, yang berhasil segera diantisipasi.

Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan di jalan paling terkenal di Barcelona tersebut, yang saat itu dipenuhi wisatawan. Angka kematian diperkirakan meningkat mengingat lebih dari 100 orang juga terluka, kata pejabat setempat.

Kepolisian Spanyol menyatakan menewaskan lima pelaku lain pada Kamis di Cambrils, kota kecil di selatan Barcelona, untuk menggagalkan rencana mereka meledakkan bom bunuh diri, demikian laporan Reuters.

Enam warga dan seorang polisi terluka di Cambrils saat para pelaku menabrak mereka dengan sebuah mobil. Polisi kemudian berhasil menembak mati mereka dan menjinakkan bahan peledak.

Menurut pihak keamanan, insiden itu terkait dengan penabrakan mobil di Barcelona.

Sesaat sebelum terjadnya penabrakan di jalan Las Ramblas, satu orang tewas dalam sebuah ledakan di tempat terpisah di kawasan selatan Barcelona. Sejumlah teroris di sana dikabarkan tengah menyiapkan bom.

Polisi sudah menangkap dua orang, seorang warga Maroko dan seorang pria Spanyol. Keduanya bukan sopir pelaku penabrakan.

Belum diketahui secara pasti berapa orang yang terlibat dalam serangan penabrakan dan insiden lain pada Kamis itu.

Sejumlah saksi mengatakan bahwa mobil bak itu berjalan zig-zag dengan kecepatan tinggi di Las Ramblas, menabraki para pejalan kaki dan pengendara sepeda.

Mereka yang tewas dan terluka berasal dari 24 negara berbeda, dari Prancis, Jerman, Pakistan sampai Filipina, kata Pemerintah Katalonia, Jumat.

"Pelaku serangan di Barcelona adalah syuhada ISIS dan dilakukan sebagai respon atas seruan untuk menyerang negara-negara koalisi," kata kantor berita ISIS, Amaq, merujuk negara sekutu Amerika Serikat (AS).

Jika klaim ISIS terbukti, maka insiden di Barcelona adalah kasus terbaru dari rangkaian serangan yang terjadi sepanjang 13 bulan terakhir, di mana mereka telah menggunakan kendaraan untuk menebar teror di kota-kota Eropa.

Cara bertindak dengan menabrak orang menewaskan lebih dari 100 orang di Nice, Berlin, London, dan Stockholm.

Serangan pada Kamis itu juga menjadi peristiwa paling mematikan di Spanyol sejak 2004, saat kelompok Al Qaeda meledakkan sejumlah bom di kereta komuter Madrid sehingga menewaskan 191 orang dan melukai 1.800 lainnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy menetapkan hari duka selama tiga hari untuk insiden mematikan tersebut.

Sejumlah pemimpin dunia juga mengucapkan belasungkawa atas kejadian itu.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa negaranya "mengecam serangan teror di Barcelona, Spanyol, dan akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membantu."

Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang negaranya juga menjadi korban serangan paling mematikan dalam beberapa tahun belakangan, mengatakan, "Saya dan semua warga Prancis berduka cita terhadap semua korban serangan tragis di Barcelona."