Jonan: 50 persen anggaran ESDM untuk kesejahteraan rakyat
16 Agustus 2017 21:36 WIB
Dokumentasi Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan keterangan pers terkait tarif tenaga listrik di gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (21/6/2017). Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan tidak ada kenaikan tarif tenaga listrik mulai 1 Juli hingga 31 Desember 2017 yang diberlakukan untuk semua golongan pelanggan. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyampaikan bahwa 50 persen anggaran Kementerian ESDM digunakan langsung untuk program kesejahteraan rakyat.
Menteri ESDM menyatakan, dari pagu anggaran Kementerian ESDM yang sebesar Rp6,5 triliun, lebih dari 50 persen akan dialokasikan untuk program-program yang langsung bersentuhan dengan kepentingan rakyat.
Dalam penjelasannya di Jakarta, Rabu ia menyatakan hal ini adalah pertama kalinya bahwa lebih dari 50 persen anggaran belanja modal digunakan langsung untuk program yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Ini pertama kali Kementerian ESDM mengalokasikan anggaran lebih dari 50 persen untuk belanja modal, untuk kesejahteraan masyarakat langsung, misal untuk sumur bor, konverter kit, jaringan gas kota," jelasnya.
Selain itu ia juga menyebutkan program lain misalnya pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat atau yang tidak terpusat, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Sedangkan program yang dampaknya dirasakan masyarakat langsung adalah pembangunan sarana air bersih untuk masyarakat sulit air dan tertinggal, pemberian konverter kit untuk nelayan, pembangunan jaringan gas untuk rumah tangga dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terpusat maupun tidak.
Pembahasan final untuk menentukan besaran volume BBM bersubsidi, minyak tanah, minyak solar (gasoil 48), volume LPG 3 Kg dan subsidi listrik selanjutnya akan dilakukan dengan Komisi VII dan Badan Anggaran DPR RI.
"Khusus untuk volume BBM bersubsidi dan minyak tanah tidak banyak berubah dibanding 2017, minyak solar juga kurang lebih sama, antara 14 hingga 15 juta kiloliter, LPG itu sekitar 7 juta ton, subsidi tetap untuk minyak solar atau gasoil 48 itu juga sekitar Rp500 sampai Rp1.000, subsidi listrik juga kurang lebih 52 sampai 56 triliun rupiah," kata Jonan.
Menteri ESDM menyatakan, dari pagu anggaran Kementerian ESDM yang sebesar Rp6,5 triliun, lebih dari 50 persen akan dialokasikan untuk program-program yang langsung bersentuhan dengan kepentingan rakyat.
Dalam penjelasannya di Jakarta, Rabu ia menyatakan hal ini adalah pertama kalinya bahwa lebih dari 50 persen anggaran belanja modal digunakan langsung untuk program yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Ini pertama kali Kementerian ESDM mengalokasikan anggaran lebih dari 50 persen untuk belanja modal, untuk kesejahteraan masyarakat langsung, misal untuk sumur bor, konverter kit, jaringan gas kota," jelasnya.
Selain itu ia juga menyebutkan program lain misalnya pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat atau yang tidak terpusat, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Sedangkan program yang dampaknya dirasakan masyarakat langsung adalah pembangunan sarana air bersih untuk masyarakat sulit air dan tertinggal, pemberian konverter kit untuk nelayan, pembangunan jaringan gas untuk rumah tangga dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terpusat maupun tidak.
Pembahasan final untuk menentukan besaran volume BBM bersubsidi, minyak tanah, minyak solar (gasoil 48), volume LPG 3 Kg dan subsidi listrik selanjutnya akan dilakukan dengan Komisi VII dan Badan Anggaran DPR RI.
"Khusus untuk volume BBM bersubsidi dan minyak tanah tidak banyak berubah dibanding 2017, minyak solar juga kurang lebih sama, antara 14 hingga 15 juta kiloliter, LPG itu sekitar 7 juta ton, subsidi tetap untuk minyak solar atau gasoil 48 itu juga sekitar Rp500 sampai Rp1.000, subsidi listrik juga kurang lebih 52 sampai 56 triliun rupiah," kata Jonan.
Pewarta: Afut Syafril
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: