"Kami, Badan Pengatur Jalan Tol dan perbankan, sudah sepakat akan memberikan diskon," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Harga uang elektronik perdana sebesar Rp10.000.
Hingga akhir Juni 2017, kata Sugeng, dari total transaksi pembayaran di tol secara nasional, baru 28 persen yang menggunakan uang elektroik, dengan rata-rata volume 720.000 transaksi per gerbang tol.
Sementara, untuk pembayaran tol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), total transkasi non-tunai sebesar 33,16 persen.
"Ini kami upayakan untuk mengubah kebiasaan. Kami juga akan lakukan penegakan. Ini juga kami harapkan mengubah kebiasaan masyarakat," ujar dia.
Target pemerintah adalah pembayaran tol secara elektronik sudah terjadi di semua ruas pada 31 Oktober ini.
Selain memberikan diskon untuk mendorong transaksi non-tunai, Sugeng mengatakan, perbankan dan BPJT juga akan memperbanyak gerai atau loket pengisian saldo uang elektronik.
Pasalnya, kata Sugeng, dari evaluasi saat arus mudik-balik Juni 2017 lalu, masyarakat banyak mengeluh mengenai lokasi pengisian ulang yang masih minim.
Ketua BPJT, Herry T, mengatakan, upaya lainnya adalah memperbanyak jumlah gardu tol non-tunai. Gardu hibrid merupakan gardu yang bisa menerima pembayaran tunai dan non-tunai. BPJT menargetkan proporsi jumlah gardu non-tunai dan hibrid menjadi 70-30.
Saat ini, produk uang elektronik yang bisa digunakan untuk membayar tol baru berasal dari PT. Bank Mandiri Persero Tbk (e-money), PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI Tapcash), PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (Brizzi), dan PT. Bank Central Asia Tbk (BCA-Flazz).