Harga garam rakyat di Sumenep turun, giliran petani yang mengeluh
15 Agustus 2017 09:31 WIB
Ilustrasi - Petani membawa garam menggunakan gerobak dorong saat panen di Desa Tambak Cemandi, Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (11/8/2017).(ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Sumenep (ANTARA News) - Harga garam di tingkat petani garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mulai turun secara bertahap sejak beberapa hari lalu dari Rp3.500 per kilogram menjadi Rp2.100.
"Saat ini harga garam rakyat sudah Rp2.100 per kilogram. Kondisi tersebut akibat masuknya garam impor," kata petani garam rakyat di Pinggirpapas, Kecamatan Kalianget, Ubaidillah di Sumenep, Selasa.
Ia menjelaskan, awalnya harga garam rakyat di tingkat petani turun dari Rp3.500 per kilogram menjadi Rp3.000.
Setelah itu, secara berturut-turut turun lagi menjadi Rp2.600 per kilogram, Rp2.400, dan sekarang Rp2.100 per kilogram.
"Kami memperkirakan harga garam rakyat akan terus turun akibat masuknya garam impor. Ini tentunya kurang menggembirakan bagi petani," ujarnya.
Ubaidillah juga mengemukakan, sejak beberapa hari lalu, kondisi cuaca kembali normal dan mendukung produksi garam rakyat.
Sebelumnya, kondisi cuaca yang kurang mendukung berupa masih seringnya hujan di wilayah Sumenep dan sekitarnya membuat produksi garam rakyat terganggu.
Produksi garam rakyat yang kurang maksimal tersebut membuat stok komoditas di tingkat petani terbatas dan selanjutnya harganya mahal hingga mencapai Rp3.500 per kilogram.
Pada akhir pekan lalu, sebanyak 27.500 ton garam impor dari Australia tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Rencanannya, garam impor tersebut disebar ke sejumlah Industri Kecil Menengah (IKM) di tiga wilayah, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat.
"Saat ini harga garam rakyat sudah Rp2.100 per kilogram. Kondisi tersebut akibat masuknya garam impor," kata petani garam rakyat di Pinggirpapas, Kecamatan Kalianget, Ubaidillah di Sumenep, Selasa.
Ia menjelaskan, awalnya harga garam rakyat di tingkat petani turun dari Rp3.500 per kilogram menjadi Rp3.000.
Setelah itu, secara berturut-turut turun lagi menjadi Rp2.600 per kilogram, Rp2.400, dan sekarang Rp2.100 per kilogram.
"Kami memperkirakan harga garam rakyat akan terus turun akibat masuknya garam impor. Ini tentunya kurang menggembirakan bagi petani," ujarnya.
Ubaidillah juga mengemukakan, sejak beberapa hari lalu, kondisi cuaca kembali normal dan mendukung produksi garam rakyat.
Sebelumnya, kondisi cuaca yang kurang mendukung berupa masih seringnya hujan di wilayah Sumenep dan sekitarnya membuat produksi garam rakyat terganggu.
Produksi garam rakyat yang kurang maksimal tersebut membuat stok komoditas di tingkat petani terbatas dan selanjutnya harganya mahal hingga mencapai Rp3.500 per kilogram.
Pada akhir pekan lalu, sebanyak 27.500 ton garam impor dari Australia tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Rencanannya, garam impor tersebut disebar ke sejumlah Industri Kecil Menengah (IKM) di tiga wilayah, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat.
Pewarta: Abd Aziz/Slamet Hidayat
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: