Pemerintah luncurkan pembiayaan ultramikro
14 Agustus 2017 10:29 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meluncukan program Sinergi Kementerian dalam Mengangkat Ekonomi Rakyat Melalui Inklusi Keuangan, di Kabupaten Bogor, Senin (14/8). Sri Mulyani dalam acara itu meresmikan proyek percontohan pembiayaan ultramikro yang menyasar 44 juta pengusaha mikro. (ANTARA News/Indra Arief Pribadi)
Bogor (ANTARA News) - Pemerintah meluncurkan proyek percontohan pembiayaan kepada pelaku usaha sektor mikro yang tidak memiliki akses kredit dari perbankan atau segmen ultramikro, dengan sasaran 44 juta pelaku usaha di seluruh Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam peluncuran tersebut di Desa Pasir Angin, Megamendung, Bogor, Senin, mengatakan total anggaran yang disiapkan untuk pembiayaan ultramikro pada tahun ini sebesar Rp1,5 triliun.
"Anggaran ini sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, bekerja sama dengan empat kementerian lainnya. Jika terus efektif, kami akan bicarakan dengan DPR agar anggaran ultramikro tahun depan dapat diperbesar," ujarnya.
Dalam proyek percontohan ini, Kemenkeu bekerja sama dengan Kementerian Sosial, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Sri Mulyani mengatakan pembiayaan ultramikro ini menyasar pengusaha segmen mikro yang membutuhkan pembiayaan di bawah Rp10 juta. Dengan begitu plafon maksimal pembiayaan ultramikro ini tidak dapat melebihi Rp10 juta.
"Sedangkan yang di atas Rp10 juta ini sudah dibiayai oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ultramikro lebih menyasar pembiayaan yang sebesar Rp2 juta, Rp4 juta, sampai Rp10 juta," kata dia.
Menkeu mengatakan pelaku usaha mikro dengan segmen pembiayaan sampai Rp10 juta masih banyak yang belum tersentuh oleh perbankan. Di berbagai daerah, pelaku usaha segmen tersebut akhirnya banyak yang terjebak dengan pembiayaan oleh rentenir. Maka dari itu, tingkat keuangan inklusif juga diharapkan turut meningkat.
"Maka itu, kami ingin menyasar 44 juta usaha mikro yang belum tersentuh oleh perbankan," ujar dia.
Kepala Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kemenkeu Syahrir Ika menjelaskan proyek percontohan ini akan diterapkan di 19 kabupaten/kota hingga akhir tahun ini, salah satu lokasinya adalah di Megamendung, Bogor.
Kemenkeu akan menyalurkan pembiayaan melalui tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT. Pegadaian, PT. Bahana Ventura, PT. Permodalan Nasional Madani (PNM).
Syahrir mengatakan PIP Kemenkeu menyalurkan fasilitas pembiayaan ultramikro kepada tiga BUMN tersebut dengan bunga di kisaran 2-4 persen. Syahrir berjanji pemerintah akan mengawasi tingkat bunga yang diberikan BUMN penyalur kepada pengusaha mikro, agar tidak jauh melebihi bunga yang dipatok di 2-4 persen.
"Kami akan awasi pelaksanaannya, agar bunganya tidak tinggi," ujar dia.
Dalam implementasinya, Kemenkeu menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyebarluaskan informasi fasilitas pembiayaan hingga ke daerah perbatasan. Hal ini dilakukan, agar setiap pelaku usaha mikro kecil di daerah mengetahui mengenai program tersebut.
Turut hadir dalam peluncuran ultramikro tersebut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam peluncuran tersebut di Desa Pasir Angin, Megamendung, Bogor, Senin, mengatakan total anggaran yang disiapkan untuk pembiayaan ultramikro pada tahun ini sebesar Rp1,5 triliun.
"Anggaran ini sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, bekerja sama dengan empat kementerian lainnya. Jika terus efektif, kami akan bicarakan dengan DPR agar anggaran ultramikro tahun depan dapat diperbesar," ujarnya.
Dalam proyek percontohan ini, Kemenkeu bekerja sama dengan Kementerian Sosial, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Sri Mulyani mengatakan pembiayaan ultramikro ini menyasar pengusaha segmen mikro yang membutuhkan pembiayaan di bawah Rp10 juta. Dengan begitu plafon maksimal pembiayaan ultramikro ini tidak dapat melebihi Rp10 juta.
"Sedangkan yang di atas Rp10 juta ini sudah dibiayai oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ultramikro lebih menyasar pembiayaan yang sebesar Rp2 juta, Rp4 juta, sampai Rp10 juta," kata dia.
Menkeu mengatakan pelaku usaha mikro dengan segmen pembiayaan sampai Rp10 juta masih banyak yang belum tersentuh oleh perbankan. Di berbagai daerah, pelaku usaha segmen tersebut akhirnya banyak yang terjebak dengan pembiayaan oleh rentenir. Maka dari itu, tingkat keuangan inklusif juga diharapkan turut meningkat.
"Maka itu, kami ingin menyasar 44 juta usaha mikro yang belum tersentuh oleh perbankan," ujar dia.
Kepala Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kemenkeu Syahrir Ika menjelaskan proyek percontohan ini akan diterapkan di 19 kabupaten/kota hingga akhir tahun ini, salah satu lokasinya adalah di Megamendung, Bogor.
Kemenkeu akan menyalurkan pembiayaan melalui tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT. Pegadaian, PT. Bahana Ventura, PT. Permodalan Nasional Madani (PNM).
Syahrir mengatakan PIP Kemenkeu menyalurkan fasilitas pembiayaan ultramikro kepada tiga BUMN tersebut dengan bunga di kisaran 2-4 persen. Syahrir berjanji pemerintah akan mengawasi tingkat bunga yang diberikan BUMN penyalur kepada pengusaha mikro, agar tidak jauh melebihi bunga yang dipatok di 2-4 persen.
"Kami akan awasi pelaksanaannya, agar bunganya tidak tinggi," ujar dia.
Dalam implementasinya, Kemenkeu menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyebarluaskan informasi fasilitas pembiayaan hingga ke daerah perbatasan. Hal ini dilakukan, agar setiap pelaku usaha mikro kecil di daerah mengetahui mengenai program tersebut.
Turut hadir dalam peluncuran ultramikro tersebut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: