Jakarta (ANTARA News) - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan bahwa sekira 70 persen konflik di dunia disebabkan perebutan sumber energi dan minyak, bahkan akan terus terjadi hingga hasil minyak dan energi sudah habis.
"Saya pastikan 70 persen konflik karena perebutan energi minyak. Energi fosil tidak bisa terbarui, tetapi tergantikan dan kritis," ujarnya salam kuliah umum di London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, Jumat.
Ia mencontohkan konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah (Arab Spring) lebih banyak dipicu perebutan energi dan minyak dari berbagai negara di bumi ini karena di sana wilayah penghasil minyak.
"Kita lihat Irak, Libya, Saudi Arabia dan yang kini masih terjadi adalah Suriah. Wilayah-wilayah itu penghasil minyak terbesar di dunia. Apa yang terjadi lebih karena perebutan energi," ujar mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.
Panglima TNI menyebutkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah melihat hal tersebut. Bahkan saat mengunjungi Irak, Trump pernah mengatakan ISIS tidak pernah ada jika AS bisa menguasai minyak.
"Jangan heran jika Trump lalu memilih menteri luar negeri sebagai orang yang bekas bos di Exxon Mobil. Pintar dia," tutur mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD (Pangkostrad) itu.
Perebutan energi dan minyak tersebut, menurut dia, tidak harus negara yang berkepentingan terjun langsung ke lapangan. Biasanya negara yang berkepentingan justru memakai warga setempat dengan mengadu-domba dan agitasi.
Setelah energi minyak sudah mulai habis sekira tahun 2056, mantan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Brawijaya itu menyatakan, maka akan terjadi krisis pangan dan krisis air. Negara-negara lain akan mengincar energi pangan, air yang dimiliki negara yang berada di dalam ekuator.
"Negara-negara diluar ekuator yang berjumlah sekitar 9,8 miliar orang akan mengincar negara-negara di dalam ekuator, seperti negara ASEAN, Kolombia, Meksiko dan lainnya untuk mengincar energi pangan dan air yang dimilikinya," ujar alumni Akademi Militer pada 1982 itu.
Menurut dia, negara-negara di luar ekuator akan melihat Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya.
"Tadinya ke Arab Spring, sekarang banyak negara yang melirik wilayah ekuator. Negara lain akan melirik Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah, garis pantai terpanjang kedua di dunia dan banyak pangannya. Ini sangat rawan bagi Indonesia," tuturnya.
Proklamator bangsa Indonesia, Soekarno (Bung Karno) pernah menyatakan kekayaan alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat iri negara-negara lain di dunia.
"Presiden Joko Widodo juga pernah berkata, 'Kaya akan sumber daya alam justru dapat menjadi petaka buat Indonesia'," ujar Panglima TNI.
Oleh karena itu, Panglima TNI mengingatkan bangsa Indonesia agar hati-hati. Jangan sampai negara ini pecah karena diadudomba dengan tujuan mengeruk minyak dan energi, seperti yang terjadi di Suriah.
"Kita semua harus hati-hati. Kalau kita masih berselisih, mudah diadudomba, maka Indonesia akan menjadi ladang konflik di masa mendatang. Benih-benih sudah ada, tetapi jangan sampai terjadi konflik antarsesama," demikian Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI: 70% konflik disebabkan rebutan energi
11 Agustus 2017 18:50 WIB
Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: