Jakarta (ANTARA News) - Pengembangan pesawat turboprop R80 rancangan Presiden Ketiga Republik Indonesia BJ Habibie yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) membutuhkan dana sebesar 1,5 miliar dolar AS.

PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang didirikan B.J Habibie bersama putra sulungnya Ilham Akbar Habibie akan menggarap pengembangan pesawat regional jarak pendek tersebut.

"Dananya 1,5 miliar dolar AS, tetapi 55 persen harus berasal dari dalam negeri. Itu permintaan Pak Habibie. Dana tersebut untuk pengembangan pesawat untuk disertifikasi," kata Deputi Direktur Keuangan Urusan Pendanaan PT RAI Desra Firza Ghazfan saat ditemui Antara di Habibie Festival JI Expo Kemayoran, Jakarta, Senin.

Desra menjelaskan kebutuhan dana tersebut hingga kini belum terpenuhi semua. Ada pun pembiayaan R80 sebesar 55 persen berasal dari dalam negeri, antara lain melalui pembiayaan investasi nonanggaran (PINA), swasta nasional, "crowd funding" dan vendor.

Sementara itu, 35 persen pembiayaan berasal dari ASEAN dan 30 persen dari mitra strategis.

Desra memaparkan sejumlah maskapai, seperti NAM Air, Kalstar, Trigana Ais dan Aviastar sudah menyatakan minatnya untuk memesan total hingga 155 unit pesawat R80 melalui "Letter of Interest" (LOI).

Ia merinci pesanan tersebut dari NAM Air sebanyak 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit dan Aviastar 10 unit.

"Yang dipesan lewat Letter of Interest sudah 155 pesawat dari 222 yang kita perlukan untuk kembali modal. Total yang mau kita produksi sebenarnya ada 600 unit," tutur Desra.

Pesawat R80 yang menggunakan mesin twin-turboprop merupakan jenis pesawat berkapasitas 80 hingga 92 penumpang dengan target pasar menengah regional.

Keunggulan pesawat ini dari pesaing terdekatnya, yaitu ATR-72 yang digunakan Garuda Indonesia, antara lain lebih efisien, nyaman dan ekonomis terutama untuk jarak dekat dengan jarak tempuh 400-800 nautical mile atau sekitar 1400-1500 kilometer.