Gunung Kidul buka investasi pengolahan air asin
7 Agustus 2017 06:12 WIB
Dokumen foto seorang warga mengambil sisa air yang masih mengalir di Telaga Tritis, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di saat musim kemarau. (ANTARA/Sigid Kurniawan)
Gunung Kidul (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk berinvestasi pada sektor desalinasi atau pengolahan air asin menjadi air tawar sebagai solusi kekeringan.
"Saya akan sangat terbuka dengan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi kekeringan. Program pengolahan air laut menjadi air tawar bisa saja dilakukan," kata Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi di Gunung Kidul, Senin.
Dia mengatakan solusi pemanfaatan air laut menjadi air tawar merupakan alternatif mengatasi kekeringan, selain menggunakan sumber mata air. Pemkab setempat terkendala anggaran yang tidak bisa langsung dilakukan harus mengajukan anggaran terlebih dahulu.
"Kami sangat menyambut baik jika ada swasta yang bisa mengembangkan teknologi tersebut," ujarnya.
Immawan mengatakan bahwa selama ini Kabupaten Gunung Kidul mengalami kekeringan setiap musim kemarau.
Namun, ia menyatakan bahwa sebenarnya sumber mata air cukup banyak, dan belum bisa diakses karena masalah anggaran terbatas untuk membiayainya karena sumber mata air jauh berada di bawah tanah.
"Pada dasarnya, Gunung Kidul bukan kekurangan air, namun kesulitan dalam mengakses air," ujarnya.
Dia mengatakan pemkab setempat berupaya memanfaatkan sumber air di dalam tanah salah satunya terus mencari sumber air.
"Kami berupaya melakukan pencarian mata air baru," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Sutaryono mengatakan sampai saat ini sebanyak delapan kecamatan dengan 137.000 jiwa mengalami kekeringan.
"Kami setiap hari mengirimkan bantuan sebanyak 28 tangki air. Saat ini sekitar 800-an tangki yang sudah disalurkan. Untuk masyarakat atau instansi yang ingin menyalurkan bantuan bisa meminta data ke kami, sehingga tidak bertumpuk satu titik," katanya menambahkan.
"Saya akan sangat terbuka dengan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi kekeringan. Program pengolahan air laut menjadi air tawar bisa saja dilakukan," kata Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi di Gunung Kidul, Senin.
Dia mengatakan solusi pemanfaatan air laut menjadi air tawar merupakan alternatif mengatasi kekeringan, selain menggunakan sumber mata air. Pemkab setempat terkendala anggaran yang tidak bisa langsung dilakukan harus mengajukan anggaran terlebih dahulu.
"Kami sangat menyambut baik jika ada swasta yang bisa mengembangkan teknologi tersebut," ujarnya.
Immawan mengatakan bahwa selama ini Kabupaten Gunung Kidul mengalami kekeringan setiap musim kemarau.
Namun, ia menyatakan bahwa sebenarnya sumber mata air cukup banyak, dan belum bisa diakses karena masalah anggaran terbatas untuk membiayainya karena sumber mata air jauh berada di bawah tanah.
"Pada dasarnya, Gunung Kidul bukan kekurangan air, namun kesulitan dalam mengakses air," ujarnya.
Dia mengatakan pemkab setempat berupaya memanfaatkan sumber air di dalam tanah salah satunya terus mencari sumber air.
"Kami berupaya melakukan pencarian mata air baru," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Sutaryono mengatakan sampai saat ini sebanyak delapan kecamatan dengan 137.000 jiwa mengalami kekeringan.
"Kami setiap hari mengirimkan bantuan sebanyak 28 tangki air. Saat ini sekitar 800-an tangki yang sudah disalurkan. Untuk masyarakat atau instansi yang ingin menyalurkan bantuan bisa meminta data ke kami, sehingga tidak bertumpuk satu titik," katanya menambahkan.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: