Venezuela Tuduh CNN Kaitkan Chavez dengan Al Qaeda
29 Mei 2007 18:24 WIB
Karakas (ANTARA News) - Pemerintah Venezuela awal pekan ini menyatakan, mengadukan jaringan pemberitaan CNN ke pengadilan, karena mengaitkan Presiden Hugo Chavez dengan Al Qaeda.
Pemerintah Venezuela juga melaporkan salah satu jaringan televisi Venezuela dengan tuduhan menghasut akan terjadi pembunuhan terhadap Chavez.
Langkah itu dilakukan sehari setelah jaringan televisi RCTV tidak mengudara menyusul penghentian izin siaran oleh pemerintahan Chavez.
Menteri Informasi Venezuela, William Lara, saat jumpa pers menunjukkan yang dia sebut cuplikan dari CNN berupa potret Chavez, yang diperbandingkan dengan para pemimpin Al Qaeda.
Lara juga mengatakan, CNN menyiarkan unjukrasa di Venezuela, tapi menggunakan gambar kejadian di Meksiko, yang tidak berkaitan.
"CNN menyiarkan dusta, yang mengaitkan Presiden Chavez dengan kekerasan dan pembunuhan," kata Lara.
Pemerintah juga menggugat salah satu jaringan televisi di Venezuela, Globovision, atas yang disebut "secara tak langsung menganjurkan pembunuhan Chavez dengan cara menyiarkan cuplikan film tahun 1981 tentang percobaan pembunuhan terhadap Paus Johanes Paulus II".
"Dalam pandangan saya, jaringan televisi itu, khususnya dalam program tersebut, melakukan pelanggaran dengan menghasut akan terjadi pembunuhan terhadap kepala negara Venezuela," kata Lara.
Tuduhan itu disampaikan di tengah unjukrasa terhadap langkah Chavez, yang menghentikan siaran RCTV, stasiun swasta penyiar acara komedi populer serta pertunjukan drama, yang secara berani mengritik Chavez.
Layar RCTV, yang sudah 54 tahun mengudara, pada Minggu tengah malam menjadi hitam, menyusul penolakan perpanjangan izin siaran mereka oleh pemerintah.
Siaran tersebut diganti dengan TVes, stasiun televisi "sosialis", yang mendapat dukungan dari pemerintah dan mulai menyiarkan pertunjukan kebudayaan.
Pada Senin (28/5), beberapa orang terluka akibat gas airmata dan peluru karet, yang ditembakkan polisi di Karakas, menyusul unjukrasa pembubaran RCTV, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
Tags: