Jakarta (ANTARA News) - Industri makanan dan minuman tumbuh melampaui ekspektasi, sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada triwulan-II 2017 terdapat pertumbuhan sebesar 7,04 persen (year on year) untuk kelompok Industri Skala Besar dan Sedang (IBS).




Sedangkan kelompok Industri Skala Mikro Kecil (IMK) pun tidak luput dari tren positif dengan mencapai pertumbuhan produksi sebesar 5,82 persen.




“Yang terpenting untuk industri ini adalah ketersediaan bahan baku," kata Airlangga melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.




Airlangga menyatakan, industri makanan dan minuman nasional perlu lebih memperluas pangsa ekspor baik pasar tradisional maupun pasar baru dalam upaya mendongkrak kinerjanya.




Selain itu, melakukan terobosan inovasi produk yang dihasilkan sehingga dapat diminati oleh konsumen dalam negeri dan mancanegara.




Apalagi, menurutnya, sektor ini mempunyai peranan penting dalam pembangunan industri nasional terutama kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migas.




BPS menunjukkan, pertumbuhan produksi industri makanan yang tinggi berkontribusi cukup signifikan terhadap pertumbuhan produksi industri manufaktur secara keseluruhan pada triwulan-II 2017 dengan mencapai 4,00 persen untuk IBS dan 2,50 persen untuk IMK.




Bila dilihat lagi dari data unit usaha yang dikeluarkan oleh BPS, industri makanan memberikan kontribusi yang tidak kalah signifikan, yaitu sebesar 25 persen atau seperempat dari jumlah unit usaha IBS di Industri Manufaktur secara keseluruhan.




Bahkan untuk IMK, industri makanan sangat mendominasi dengan jumlah unit usaha mencapai lebih dari 1,5 juta dari total unit usaha IMK industri manufaktur secara keseluruhan.