Indonesia buka peluang investasi industri AS
3 Agustus 2017 20:08 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berbincang-bincang dengan Senior Vice President & Regional Managing Director US-Asean Business Council Mr. Michael Michalak pada panel diskusi di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia membuka peluang kerja sama dan investasi di sektor industri bagi para pengusaha Amerika Serikat.
Penguatan hubungan bilateral ini diharapkan mampu memperluas pasar ekspor bagi produk dalam negeri dan meningkatkan kemitraan antara pelaku usaha kedua negara.
“Dalam pertemuan, ada banyak hal yang dipertanyakan oleh delegasi Amerika. Intinya mereka meminta kepastian regulasi hingga terbukanya akses bahan baku di Indonesia,†kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu dengan US-ASEAN Business Council di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis.
Delegasi AS yang dipimpin Senior Vice President and Regional Managing Director US-ASEAN Business Council Michael Michalak ini membawa sejumlah pelaku industri asal Negeri Paman Sam.
Para pelaku industri tersebut, di antaranya Adobe, Amazon, Bechel, BP, Cargill, Caterpillar, Chevron, Cisco, Coca-cola, Expedia, Exxon Mobile, GE, GSK, Harley Davidson, Mattel, Oracle, Qualcomm, Time Warner, UPS, Visa dan Zoetis.
Airlangga menyebutkan, misalnya dari perusahaan makanan dan minuman Coca-Cola Company, yang menanyakan soal lelang gula rafinasi.
“Menurut mereka, dengan adanya lelang, akan mengubah skema business to business yang selama ini berjalan,†ujarnya.
Oleh karena itu, Kemenperin akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan sehingga bahan baku untuk industri tidak terganggu.
Kemudian, Airlangga menyampaikan, pihak GE selaku perusahaan teknologi dan jasa mengharapkan agar implementasi dan pengawasan mengenai aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dapat dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah Indonesia.
“GE punya pabrik boiler di Surabaya, namun selama ini utilisasinya sangat rendah. Belum ada pembelian sampai sekarang,†ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Delegasi AS memberikan apresiasi terhadap skema TKDN yang dikeluarkan oleh Kemenperin dengan menerapkan tiga jalur, yakni hardware, software dan inovasi.
Regulasi tersebut tertuang dalam Permenperin No. 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler (Ponsel), Komputer Genggam (handheld) dan Komputer Tablet.
“Dari pihak industri pakan ternak, mereka mengharapkan kemudahan untuk bahan baku impor dan peningkatan bahan baku lokal, seperti jagung dan singkong karena sangat berpengaruh dalam proses produksinya,†papar Airlangga.
Selanjutnya, produsen farmasi AS mempertanyakan mengenai pelaksanaan Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Sebab, menurut mereka, produknya yang mengandung bahan kimia diperlukan sertifikasi.
“Mereka khawatir akan menimbulkan gangguan dalam suplai bahan baku atau rencana pengembangan R&D mereka di Indonesia,†ujar Airlangga.
Kemenperin mencatat, Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama ketiga Indonesia setelah China dan Jepang dengan total nilai perdagangan pada tahun 2016 mencapai 23 miliar dollar AS.
Sementara itu, pada tahun 2016, nilai investasi AS di Indonesia sebesar USD61 juta yang tersebar di berbagai sektor, antara lain industri mineral non-logam, makanan dan minuman, permesinan dan elektronika, kimia, serta farmasi.
Penguatan hubungan bilateral ini diharapkan mampu memperluas pasar ekspor bagi produk dalam negeri dan meningkatkan kemitraan antara pelaku usaha kedua negara.
“Dalam pertemuan, ada banyak hal yang dipertanyakan oleh delegasi Amerika. Intinya mereka meminta kepastian regulasi hingga terbukanya akses bahan baku di Indonesia,†kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu dengan US-ASEAN Business Council di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis.
Delegasi AS yang dipimpin Senior Vice President and Regional Managing Director US-ASEAN Business Council Michael Michalak ini membawa sejumlah pelaku industri asal Negeri Paman Sam.
Para pelaku industri tersebut, di antaranya Adobe, Amazon, Bechel, BP, Cargill, Caterpillar, Chevron, Cisco, Coca-cola, Expedia, Exxon Mobile, GE, GSK, Harley Davidson, Mattel, Oracle, Qualcomm, Time Warner, UPS, Visa dan Zoetis.
Airlangga menyebutkan, misalnya dari perusahaan makanan dan minuman Coca-Cola Company, yang menanyakan soal lelang gula rafinasi.
“Menurut mereka, dengan adanya lelang, akan mengubah skema business to business yang selama ini berjalan,†ujarnya.
Oleh karena itu, Kemenperin akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan sehingga bahan baku untuk industri tidak terganggu.
Kemudian, Airlangga menyampaikan, pihak GE selaku perusahaan teknologi dan jasa mengharapkan agar implementasi dan pengawasan mengenai aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dapat dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah Indonesia.
“GE punya pabrik boiler di Surabaya, namun selama ini utilisasinya sangat rendah. Belum ada pembelian sampai sekarang,†ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Delegasi AS memberikan apresiasi terhadap skema TKDN yang dikeluarkan oleh Kemenperin dengan menerapkan tiga jalur, yakni hardware, software dan inovasi.
Regulasi tersebut tertuang dalam Permenperin No. 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler (Ponsel), Komputer Genggam (handheld) dan Komputer Tablet.
“Dari pihak industri pakan ternak, mereka mengharapkan kemudahan untuk bahan baku impor dan peningkatan bahan baku lokal, seperti jagung dan singkong karena sangat berpengaruh dalam proses produksinya,†papar Airlangga.
Selanjutnya, produsen farmasi AS mempertanyakan mengenai pelaksanaan Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Sebab, menurut mereka, produknya yang mengandung bahan kimia diperlukan sertifikasi.
“Mereka khawatir akan menimbulkan gangguan dalam suplai bahan baku atau rencana pengembangan R&D mereka di Indonesia,†ujar Airlangga.
Kemenperin mencatat, Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama ketiga Indonesia setelah China dan Jepang dengan total nilai perdagangan pada tahun 2016 mencapai 23 miliar dollar AS.
Sementara itu, pada tahun 2016, nilai investasi AS di Indonesia sebesar USD61 juta yang tersebar di berbagai sektor, antara lain industri mineral non-logam, makanan dan minuman, permesinan dan elektronika, kimia, serta farmasi.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: