Jakarta (ANTARA News) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte membela sebuah serangan polisi yang menewaskan wali kota atas dugaan perdagangan narkotika bersama 14 orang lainnya.

Duterte sudah berulang kali membela polisi yang melancarkan perang mematikannya terhadap narkoba dan menyebut para pejabat sebagai "politikus narkoba". Tiga wali kota ditembak setelah presiden itu menuduh mereka terlibat dalam perdagangan narkoba.

Kelompok HAM dan beberapa anggota parlemen menyerukan penyelidikan pembunuhan Reynaldo Parojinog, wali kota di selatan Kota Ozamiz di Pulau Mindanao, serta 14 orang lainnya dalam sebuah serangan di rumah pejabat itu pada Minggu.

(Baca: Wali kota Filipina terkait perdagangan narkoba tewas dalam razia)

Duterte menolak kritik atas serangan itu, termasuk mengapa hal tersebut dilakukan pada malam hari.

"Polisi bisa pergi kapan saja untuk menangkap (dia). Dan saya akan membela polisi," kata Duterte dalam sebuah pidato.

"Saya akan bertanggung jawab. Saya akan mengatakan bahwa saya memerintahkannya. Kenapa menyalahkan polisi? Siapa yang cukup bodoh melakukan bisnis narkoba pada siang hari?" tuturnya.

Sejak Duterte menjabat lebih dari satu tahun lalu, polisi telah melaporkan pembunuhan hampir 3.200 orang dalam perang melawan narkoba. Lebih dari 2.000 orang lainnya terbunuh dalam kejahatan terkait narkoba, menurut data polisi, demikian AFP.