Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi harga minyak internasional sehingga pemerintah tidak bisa secara akurat melakukan proyeksi. "Situasi di pasar begitu dinamisnya sehingga kalau yang menyangkut indikator harga kita tidak bisa selalu melakukan proyeksi secara tepat, banyak faktor yang sangat menentukan," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa. Ia menyebutkan, pada tiga bulan lalu, masyarakat menilai bahwa harga yang ditetapkan dalam APBN 2007 sebesar 63 dolar AS per barel jauh lebih tinggi dibanding dengan kenyataannya yang saat itu mencapai sekitar 50 dolar AS per barel. "Sekarang harganya sudah mendekati 70 dolar AS per barel hanya dalam waktu 1 hingga 2 bulan sehingga waktu kita mau merevisi menjadi 60 dolar AS per barel, sekarang muncul pertanyaan lagi apakah perlu diubah ke 60 atau tetap 63," katanya. Pada asumsi makro 2008 dalam rangka penyusunan RAPBN 2008, pemerintah memperkirakan harga minyak internasional mencapai sekitar 57 hingga 60 dolar AS per barel. Angka tersebut berbeda dengan angka perkiraan yang diusulkan oleh Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan sekitar 56 dolar AS per barel.(*)