Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Jakarta Yayat Supriatna menilai revitalisasi rumah susun sewa sederhana (rusunawa) merupakan salah satu solusi meningkatkan ketersediaan hunian, yang terjangkau di Jakarta.

"Dengan revitalisasi rusunawa, maka makin banyak warga yang tidak mampu akan tertampung," katanya di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, penghuni yang selama ini memperoleh keuntungan dengan tinggal di rusunawa, mestinya tidak mementingkan diri sendiri.

"Masih banyak warga kurang mampu lainnya yang membutuhkan rusunawa. Bisa juga nantinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga penghuni rusunawa sendiri, misalkan anaknya bisa menyewa di tempat yang baru, sehingga tidak tinggal berdesak-desakan di unit yang lama," katanya.

Selain itu, lanjut Yayat, revitalisasi bertujuan meningkatkan kualitas bangunan rusunawa, sehingga penghuni pun akan merasakan hidup yang lebih baik.

"Jangan sampai kualitas rusunawa, malah menurun menjadi kumuh. Berbahaya juga kalau suatu bangunan sudah terlalu lama digunakan. Mungkin tidak terlihat, namun sebenarnya kualitas bangunan sudah menurun dan berbahaya bagi penghuninya," katanya.

Ditambahkan, penghuni lama pun dijamin akan kembali dan menempati bangunan baru dengan kualitas lebih baik, tanpa harus mengeluarkan biaya.

Terkait dengan penolakan penghuni untuk direlokasi sementara, pemilik rusunawa bisa melakukan komunikasi atau dialog dengan baik.

"Apa-apa yang menjadi keberatan penghuni bisa dikomunikasikan dan dicari jalan keluarnya. Dari proses komunikasi itu juga bisa saja terungkap apakah penghuni keberatan karena bisnisnya, misalkan menyewakan lagi unit yang dimilikinya dengan harga jauh lebih tinggi, menjadi terganggu. Bukan rahasia lagi, sekarang ini ada istilah rusunawa rasa milik," katanya.

Ia juga mengatakan penghuni mesti memahami bahwa status rusun adalah sewa dan bukan milik.

Yayat menambahkan, suatu pembangunan bertujuan membuat masyarakat menjadi lebih baik dan tidak untuk mempersulit warga.

"Warga harus bersiap-siap dengan perubahan ke depan. Perubahan adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa kita tolak," katanya.

Ia mencontohkan angkutan umum seperti busway yang sudah memakai kartu.

"Kalau tidak punya kartu ya tidak bisa pakai busway," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Housing Resource Center (HRC) Mahditia Paramita juga mengatakan revitalisasi rusunawa bisa menjadi salah satu solusi mengatasi keterbatasan hunian di DKI Jakarta.

"Solusi lainnya seperti program-program rumah sewa lain yang solutif untuk memperbanyak stok dan mengatasi keterjangkauan warga. Rumah sewa sebagai transisi menuju rumah milik," katanya.

Sedangkan, untuk menyelesaikan adanya penolakan penghuni rusunawa, menurut dia, perlu dilakukan pengkajian kontraknya serta hak dan kewajiban yang ada di dalamnya.

"Lalu, perlu melakukan pertemuan dengan warga untuk rencana aksi revitalisasi itu," ujarnya.

Seperti diketahui, rusunawa Dahlia di Cengkareng, Jakarta Barat, merupakan salah satu rusunawa yang saat ini memerlukan peremajaan mengingat kondisi struktur bangunan yang dinilai sudah tak layak huni.