Petugas katering Embarkasi Jakarta-Bekasi keluhkan kerusakan cerobong
1 Agustus 2017 19:18 WIB
Juru masak memasak berbagai makanan di dapur Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, di Bekasi, Jawa Barat, Senin (31/7/2017). Menurut juru masak, sekitar rata-rata 2.000 porsi makanan mereka masak untuk memenuhi kebutuhan makan dua kloter jemaah calon haji per hari. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Bekasi (ANTARA News) - Pengusaha katering Embarkasi Jakarta-Bekasi mengeluhkan kerusakan instalasi cerobong pembuangan asap di bagian dapur yang membuat puluhan petugas produksi makanan dan minuman merasa tidak nyaman dengan hawa panas dalam ruangan.
"Dapurnya memang luas dan representatif bagi kami bekerja memproduksi makanan dan minuman untuk calon haji, namun permasalahan hanya pada cerobong asapnya saja yang tidak bekerja optimal membuang suhu udara dan asap," kata Petugas Bagian Kepegawaian Katering H Iis, Conny, di Bekasi, Selasa.
Gedung dapur yang terletak di sisi selatan Embarkasi Jakarta-Bekasi Jalan Kemakmuran Nomor 7, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, itu saat ini dihuni oleh puluhan petugas bagian penyedia makanan dan minuman.
Petugas tersebut terdiri atas enam petugas koki menu utama, enam petugas koki nasi dan minuman, 16 petugas penyedia lauk pauk, enam petugas potong bahan makanan dan 40 petugas distribusi makanan.
"Petugas kami kepanasan dan pengap di dalam ruang dapur, karena pentilasi yang minim serta cerobong asap yang tidak berfungsi. Sepertinya jarang ada perawatan, makanya hawa panasnya ngumpul di dalam," katanya.
Dikatakan Conny, petugasnya bekerja di dalam dapur dengan menyesuaikan jadwal kedatangan calon haji. Rata-rata per hari pihaknya melayani sekitar tiga kloter.
"Untuk satu kloter berisi 410 calon haji, kami memproduksi sekitar 1.500 porsi makanan untuk tiga kali makan," katanya.
Petugasnya baru bisa menghirup udara segar di luar lapangan bila proses produksi dan distribusi makanan sudah selesai dilakukan sambil menunggu kedatangan kloter selanjutnya.
Dia berharap, instansi terkait atau pihak yang memiliki kewenangan atas kelayakan dapur embarkasi bisa segera memperbaiki cerobong asap.
"Tapi saya menjamin, kalau kondisi panasnya suhu dalam ruang dapur tidak akan berpengaruh pada kualitas makanan, sebab koki bekerja sesuai kapasitasnya dan ada standard operation procedure (SOP) yang harus dijalankan," katanya.
"Dapurnya memang luas dan representatif bagi kami bekerja memproduksi makanan dan minuman untuk calon haji, namun permasalahan hanya pada cerobong asapnya saja yang tidak bekerja optimal membuang suhu udara dan asap," kata Petugas Bagian Kepegawaian Katering H Iis, Conny, di Bekasi, Selasa.
Gedung dapur yang terletak di sisi selatan Embarkasi Jakarta-Bekasi Jalan Kemakmuran Nomor 7, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, itu saat ini dihuni oleh puluhan petugas bagian penyedia makanan dan minuman.
Petugas tersebut terdiri atas enam petugas koki menu utama, enam petugas koki nasi dan minuman, 16 petugas penyedia lauk pauk, enam petugas potong bahan makanan dan 40 petugas distribusi makanan.
"Petugas kami kepanasan dan pengap di dalam ruang dapur, karena pentilasi yang minim serta cerobong asap yang tidak berfungsi. Sepertinya jarang ada perawatan, makanya hawa panasnya ngumpul di dalam," katanya.
Dikatakan Conny, petugasnya bekerja di dalam dapur dengan menyesuaikan jadwal kedatangan calon haji. Rata-rata per hari pihaknya melayani sekitar tiga kloter.
"Untuk satu kloter berisi 410 calon haji, kami memproduksi sekitar 1.500 porsi makanan untuk tiga kali makan," katanya.
Petugasnya baru bisa menghirup udara segar di luar lapangan bila proses produksi dan distribusi makanan sudah selesai dilakukan sambil menunggu kedatangan kloter selanjutnya.
Dia berharap, instansi terkait atau pihak yang memiliki kewenangan atas kelayakan dapur embarkasi bisa segera memperbaiki cerobong asap.
"Tapi saya menjamin, kalau kondisi panasnya suhu dalam ruang dapur tidak akan berpengaruh pada kualitas makanan, sebab koki bekerja sesuai kapasitasnya dan ada standard operation procedure (SOP) yang harus dijalankan," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: