Rupiah selasa pagi menguat ke Rp13.309
1 Agustus 2017 10:30 WIB
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp13.309 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.325 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa situasi politik di Amerika Serikat yang belum cukup kondusif menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Situasi itu mendorong dolar AS tertekan. Rupiah masih bisa menguat, terdorong oleh tekanan pelemahan dolar AS di pasar global," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai laju inflasi Juli 2017 yang berpeluang menurun juga turut membuka ruang bagi penguatan rupiah terhadap dolar AS.
"Hari ini (1/8) pelaku pasar menunggu data inflasi Juli 2017 yang diperkirakan turun di bawah level 4 persen secara tahunan," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, apresiasi mata uang rupiah diperkirakan masih terbatas menyusul masih adanya kekhawatiran pasar terhadap daya tahan fiskal serta turunnya daya beli.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa dolar AS masih dalam area tren pelemahan pasca data ekonomi Amerika Serikat yang tidak sesuai ekspektasi.
"Data Amerika Serikat yang belum sesuai ekspektasi akan meredam kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang lebih agresif," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa situasi politik di Amerika Serikat yang belum cukup kondusif menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Situasi itu mendorong dolar AS tertekan. Rupiah masih bisa menguat, terdorong oleh tekanan pelemahan dolar AS di pasar global," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai laju inflasi Juli 2017 yang berpeluang menurun juga turut membuka ruang bagi penguatan rupiah terhadap dolar AS.
"Hari ini (1/8) pelaku pasar menunggu data inflasi Juli 2017 yang diperkirakan turun di bawah level 4 persen secara tahunan," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, apresiasi mata uang rupiah diperkirakan masih terbatas menyusul masih adanya kekhawatiran pasar terhadap daya tahan fiskal serta turunnya daya beli.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa dolar AS masih dalam area tren pelemahan pasca data ekonomi Amerika Serikat yang tidak sesuai ekspektasi.
"Data Amerika Serikat yang belum sesuai ekspektasi akan meredam kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang lebih agresif," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: