Peneliti ASEAN-China tukar pengalaman pengelolaan gambut
31 Juli 2017 19:38 WIB
ilustrasi: Kebakaran Lahan Riau Asap membumbung dari lahan gambut yang terbakar di kawasan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Jumat (28/7/2017). Untuk mencegah kebakaran semakin meluas satgas Karhutla Provinsi Riau terus melakukan upaya pemadaman kebakaran lahan baik dari darat maupun udara. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman) ()
Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah peneliti dari China dan beberapa negara ASEAN bertukar pengalaman soal pengelolaan lahan gambut dalam ASEAN-China Workshop on Sustainable Utilization of Agricultural Peatland yang digelar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Kita tahu China juga mulai fokus di isu gambut seperti Indonesia. Penanganan lahan gambut ini tidak hanya butuh sentuhan teknologi, tapi juga inovasi budaya, karena relevan jika bertukar pengalaman dengan mereka," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Eniya Listyani Dewi dalam ASEAN-China Workshop on Sustainable Utilization of Agricultural Peatland di Jakarta, Senin.
Banyak isu gambut yang berkembang saat ini, terutama soal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta alih fungsi lahan. Setiap negara memiliki gambut dengan karakter berbeda-beda sehingga, menurut Eniya, ini yang menarik untuk dipelajari bersama terutama terkait dengan aspek keberlanjutannya.
Karakter gambut yang sebenarnya sulit dikembangkan untuk agrikultur, bahkan lebih bersifat tidak produktif. Namun di sisi lain, permintaan pangan dunia akan semakin tinggi seiring dengan meningkatkannya populasi dunia.
"Karena itu, perlu sentuhan teknologi untuk memanfaatkannya. Selain mereka yang mengembangan agrikultur di lahan gambut harus paham soal fungsi penyimpan air, karena jika kering akan menjadi mudah terbakar," ujar dia.
Head of Science and Technology Office Kedutaan Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia Xie Chengsuo mengatakan kegiatan China-ASEAN Science and Technology Programs diharapkan dapat membantu restorasi gambut di Indonesia maupun negara anggota ASEAN lainnya.
Pertama, Pemerintahnya menyediakan dukungan bagi peneliti muda, beasiswa dan penelitian dari negara ASEAN untuk bekerja sama dengan rekan-rekan China dari lembaga penelitian, universitas atau perusahaan untuk setengah hingga satu tahun.
Kedua, Program kerja sama laboratorium yang bertujuan membangun kerja sama jangka panjang dengan lembaga penelitian ASEAN.
Ketiga, pusat alih teknologi yang dibangun untuk menghubungkan perusahaan, lembaga riset, universitas secara ekstensif antara China dan negara ASEAN.
Workshop yang digelar BPPT bersama ASEAN Sectoral Working Group on Crops (ASWGC) dan Sektetariat ASEAN. Sekitar 100 peserta terdiri atas ahli, ilmuwan dan dosen universitas dari China, Indonesia, dan delegasi ASEAN dari Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura dan Vietnam.
(T.V002/A011)
"Kita tahu China juga mulai fokus di isu gambut seperti Indonesia. Penanganan lahan gambut ini tidak hanya butuh sentuhan teknologi, tapi juga inovasi budaya, karena relevan jika bertukar pengalaman dengan mereka," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Eniya Listyani Dewi dalam ASEAN-China Workshop on Sustainable Utilization of Agricultural Peatland di Jakarta, Senin.
Banyak isu gambut yang berkembang saat ini, terutama soal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta alih fungsi lahan. Setiap negara memiliki gambut dengan karakter berbeda-beda sehingga, menurut Eniya, ini yang menarik untuk dipelajari bersama terutama terkait dengan aspek keberlanjutannya.
Karakter gambut yang sebenarnya sulit dikembangkan untuk agrikultur, bahkan lebih bersifat tidak produktif. Namun di sisi lain, permintaan pangan dunia akan semakin tinggi seiring dengan meningkatkannya populasi dunia.
"Karena itu, perlu sentuhan teknologi untuk memanfaatkannya. Selain mereka yang mengembangan agrikultur di lahan gambut harus paham soal fungsi penyimpan air, karena jika kering akan menjadi mudah terbakar," ujar dia.
Head of Science and Technology Office Kedutaan Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia Xie Chengsuo mengatakan kegiatan China-ASEAN Science and Technology Programs diharapkan dapat membantu restorasi gambut di Indonesia maupun negara anggota ASEAN lainnya.
Pertama, Pemerintahnya menyediakan dukungan bagi peneliti muda, beasiswa dan penelitian dari negara ASEAN untuk bekerja sama dengan rekan-rekan China dari lembaga penelitian, universitas atau perusahaan untuk setengah hingga satu tahun.
Kedua, Program kerja sama laboratorium yang bertujuan membangun kerja sama jangka panjang dengan lembaga penelitian ASEAN.
Ketiga, pusat alih teknologi yang dibangun untuk menghubungkan perusahaan, lembaga riset, universitas secara ekstensif antara China dan negara ASEAN.
Workshop yang digelar BPPT bersama ASEAN Sectoral Working Group on Crops (ASWGC) dan Sektetariat ASEAN. Sekitar 100 peserta terdiri atas ahli, ilmuwan dan dosen universitas dari China, Indonesia, dan delegasi ASEAN dari Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura dan Vietnam.
(T.V002/A011)
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: