Praktisi: perkembangan teknologi juga picu PHK tenaga industri TI
31 Juli 2017 18:51 WIB
Pengunjung mencoba alat "Virtual Reality" di salah satu stan pameran teknologi komputer dan gawai Indocomtech 2016 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (2/11/2016). (ANTARA/Widodo S. Jusuf) ()
Jakarta (ANTARA News) - Industri teknologi paling dinamis mengalami banyak perubahan secara terus menerus, namun pada sisi lain pesatnya perkembangan teknologi justru memicu pemutusan hubungan kerja (PHK), kata praktisi industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Hermawan Sutanto.
"Industri teknologi adalah industri yang paling dinamis dengan banyak perubahan yang terjadi secara kontinu. Pelakunya juga harus mampu bergerak dinamis mengikuti trend perubahan teknologi," kata Hermawan Sutanto kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyatakan PHK pada sektor industri TIK terjadi karena pergeseran teknologi sendiri. Hal ini memang tak bisa dihindarkan, mengingat sifat industri itu yang sangat dinamis.
Hermawan melihat efisiensi tersebut merupakan cara tersendiri dari pelaku industri, terutama untuk berinvestasi di bidang yang lebih sesuai dengan prospek masa depan.
"Ada trend yang berubah dan waktu perubahannya tak menentu di industri TIK".
Berbeda dengan industri gas and minyak misalnya, yang berkutat di ranah minyak dan gas dan hanya berubah ketika mencari sumber daya baru, saat yang lama sudah menipis atau habis.
"Efisiensi sebenarnya adalah cara untuk berinvestasi ke bidang yang lebih sesuai dengan prediksi tren teknologi masa depan dengan efisiensi di bidang-bidang yang lebih tradisional," lanjutnya.
Sebelumnya, analis dari Global Equities Research, Trip Chowdhry menyatakan sebagian besar PHK terjadi karena pergeseran di industri teknologi. Disebutkannya saat ini dunia industri bertransformasi ke arah mobile dan cloud.
Dalam analisisnya, Chowdhry menyatakan para karyawan yang telah dirumahkan tak akan lagi mendapatkan pekerjaan di perusahaan teknologi.
"Karyawan akan tetap menganggur dan keahlian yang dimilikinya akan menjadi usang".
Lebih lanjut dikatakannya, bukan hanya perusahaan besar, bisnis start up pun diprerkirakan bakal merumahkan karyawannya.
"Saat melihat perusahaan besar memecat karyawan, ini jadi indikasi bahwa seluruh basis pelanggan sedang berjuang," tambahnya.
"Industri teknologi adalah industri yang paling dinamis dengan banyak perubahan yang terjadi secara kontinu. Pelakunya juga harus mampu bergerak dinamis mengikuti trend perubahan teknologi," kata Hermawan Sutanto kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyatakan PHK pada sektor industri TIK terjadi karena pergeseran teknologi sendiri. Hal ini memang tak bisa dihindarkan, mengingat sifat industri itu yang sangat dinamis.
Hermawan melihat efisiensi tersebut merupakan cara tersendiri dari pelaku industri, terutama untuk berinvestasi di bidang yang lebih sesuai dengan prospek masa depan.
"Ada trend yang berubah dan waktu perubahannya tak menentu di industri TIK".
Berbeda dengan industri gas and minyak misalnya, yang berkutat di ranah minyak dan gas dan hanya berubah ketika mencari sumber daya baru, saat yang lama sudah menipis atau habis.
"Efisiensi sebenarnya adalah cara untuk berinvestasi ke bidang yang lebih sesuai dengan prediksi tren teknologi masa depan dengan efisiensi di bidang-bidang yang lebih tradisional," lanjutnya.
Sebelumnya, analis dari Global Equities Research, Trip Chowdhry menyatakan sebagian besar PHK terjadi karena pergeseran di industri teknologi. Disebutkannya saat ini dunia industri bertransformasi ke arah mobile dan cloud.
Dalam analisisnya, Chowdhry menyatakan para karyawan yang telah dirumahkan tak akan lagi mendapatkan pekerjaan di perusahaan teknologi.
"Karyawan akan tetap menganggur dan keahlian yang dimilikinya akan menjadi usang".
Lebih lanjut dikatakannya, bukan hanya perusahaan besar, bisnis start up pun diprerkirakan bakal merumahkan karyawannya.
"Saat melihat perusahaan besar memecat karyawan, ini jadi indikasi bahwa seluruh basis pelanggan sedang berjuang," tambahnya.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: