Perluas pasar IKM, Indonesia gandeng negara anggota Colombo Plan
31 Juli 2017 15:47 WIB
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, didampingi Sekretaris Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Riris Marhadi, berfoto bersama para peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan setelah membuka acara program Kerja Sama Teknik Selatan-selatan dan Triangular, di Yogyakarta, Senin. (Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menggandeng negara anggota Colombo Plan untuk memperluas pasar ekspor bagi produk-produk unggulan Industri Kecil Menengah (IKM) dalam negeri, sehingga mampu meningkatkan devisa negara.
Demikian disampaikan Dirjen IKM Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, pada Pembukaan Program Kerja Sama Teknik Selatan-selatan dan Triangular, di Yogyakarta.
“Dalam kerja sama ini, kami memberikan pelatihan teknis kepada peserta mengenai pengembangan IKM,†kata dia, melalui siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan, upaya ini sekaligus menjadi ajang saling bertukar pengalaman dan informasi guna membuka kesempatan bermitra, di mana program pelatihan ini dapat terus memberikan kontribusi pada penguatan kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular serta memperkuat persahabatan antara negara-negara anggota Colombo Plan.
Kegiatan pada 30 Juli-9 Agustus 2017 ini, diikuti 22 peserta pelaku IKM dari negara-negara anggota Colombo Plan, antara lain Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Afghanistan, Iran, Vietnam, Papua Nugini, dan Pakistan.
Selama program pelatihan, para peserta diberikan materi tentang pengembangan IKM di Indonesia dari berbagai aspek seperti kebijakan sektor IKM, peningkatan kapasitas melalui kerja sama internasional, pengembangan kawasan industri dan sentra IKM, pelaksanaan program One Village One Product (OVOP), serta penerapan kredit usaha sebagai akses pembiayaan untuk IKM.
Selain itu, selama dua hari, peserta juga diajak melihat fasilitas litbang milik Kemenperin di Yogyakarta, yaitu Balai Besar Kulit Karet Plastik serta Balai Besar Kerajinan dan Batik. Di kedua tempat itu, peserta juga diberikan kesempatan untuk praktik langsung melalui lokakarya pembuatan produk kulit dan batik khas Yogyakarta.
“Observasi dan diskusi mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal juga menjadi agenda dalam program pelatihan ini,†lanjut dia.
Kemudian, selama tiga hari, peserta akan melakukan kunjungan industri ke beberapa IKM yang memproduksi sarung tangan golf, alat mesin dan pertanian, produk kerajinan dari kulit, kerajinan anyaman rotan, makanan olahan ikan, batik khas Yogyakarta peraih OVOP bintang 5, serta kerajinan perak.
Selanjutnya, peserta dibawa ke beberapa lokasi wisata di Kota Gudeg, yaitu berkunjung ke Keraton Yogyakarta dan menyaksikan sendratari Ramayana di Candi Prambanan.
“Di akhir pelatihan, peserta diminta membuat rencana aksi yang dapat diimplementasikan untuk pemberdayaan IKM di negaranya masing-masing,†ungkap dia.
Indonesia ingin lebih berkiprah dalam kerja sama pembangunan internasional melalui Konferensi Asia Afrika I pada 1955.
Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangular menjadi salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam pembangunan internasional yang turut membantu negara-negara berkembang lainnya dengan cara berbagi pengetahuan melalui mekanisme bilateral atau triangular.
Demikian disampaikan Dirjen IKM Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, pada Pembukaan Program Kerja Sama Teknik Selatan-selatan dan Triangular, di Yogyakarta.
“Dalam kerja sama ini, kami memberikan pelatihan teknis kepada peserta mengenai pengembangan IKM,†kata dia, melalui siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan, upaya ini sekaligus menjadi ajang saling bertukar pengalaman dan informasi guna membuka kesempatan bermitra, di mana program pelatihan ini dapat terus memberikan kontribusi pada penguatan kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular serta memperkuat persahabatan antara negara-negara anggota Colombo Plan.
Kegiatan pada 30 Juli-9 Agustus 2017 ini, diikuti 22 peserta pelaku IKM dari negara-negara anggota Colombo Plan, antara lain Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Afghanistan, Iran, Vietnam, Papua Nugini, dan Pakistan.
Selama program pelatihan, para peserta diberikan materi tentang pengembangan IKM di Indonesia dari berbagai aspek seperti kebijakan sektor IKM, peningkatan kapasitas melalui kerja sama internasional, pengembangan kawasan industri dan sentra IKM, pelaksanaan program One Village One Product (OVOP), serta penerapan kredit usaha sebagai akses pembiayaan untuk IKM.
Selain itu, selama dua hari, peserta juga diajak melihat fasilitas litbang milik Kemenperin di Yogyakarta, yaitu Balai Besar Kulit Karet Plastik serta Balai Besar Kerajinan dan Batik. Di kedua tempat itu, peserta juga diberikan kesempatan untuk praktik langsung melalui lokakarya pembuatan produk kulit dan batik khas Yogyakarta.
“Observasi dan diskusi mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal juga menjadi agenda dalam program pelatihan ini,†lanjut dia.
Kemudian, selama tiga hari, peserta akan melakukan kunjungan industri ke beberapa IKM yang memproduksi sarung tangan golf, alat mesin dan pertanian, produk kerajinan dari kulit, kerajinan anyaman rotan, makanan olahan ikan, batik khas Yogyakarta peraih OVOP bintang 5, serta kerajinan perak.
Selanjutnya, peserta dibawa ke beberapa lokasi wisata di Kota Gudeg, yaitu berkunjung ke Keraton Yogyakarta dan menyaksikan sendratari Ramayana di Candi Prambanan.
“Di akhir pelatihan, peserta diminta membuat rencana aksi yang dapat diimplementasikan untuk pemberdayaan IKM di negaranya masing-masing,†ungkap dia.
Indonesia ingin lebih berkiprah dalam kerja sama pembangunan internasional melalui Konferensi Asia Afrika I pada 1955.
Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangular menjadi salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam pembangunan internasional yang turut membantu negara-negara berkembang lainnya dengan cara berbagi pengetahuan melalui mekanisme bilateral atau triangular.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: