Bogor (ANTARA News) - Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) Prof Indrajaya merekomendasikan agar pemerintah membentuk satuan tugas, dan menamainya Satgas 007 Garam sehingga bisa tuntas mengatasi persoalan kelangkaan garam nasional.

"Saran saya, pakai gaya Pemerintah Jokowi-JK saat ini, bentuk Satgas 007 Garam," kata Indra kepada Antara di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Indra menjelaskan, pembentukan satuan tugas diperlukan karena melalui satgas ada upaya yang total untuk menuntaskan persoalan garam, dan personel satgas melibatkan lintas sektor.

Keberadaan Satgas 007 Garam juga tidak boleh dibatasi pada persoalan penindakan saja, tetapi juga pada persoalan bagaimana menggiring setiap pihak untuk patuh pada aturan atau sistem yang dianut.

"Jadi, kalau berantas pencurin ikan yang banyak mafianya itu sukses dengan Satgas 115-nya. Nah, untuk garam bentuk aja Satgas 007 Garam. Insya Allah dalam waktu singkat beres persoalan garam," kata Indra.

Menurutnya, untuh mengatasi persoalan garam yang terjadi saat ini, dibutuhkan kemauan serius pemerintah dalam mengembangkan industri garam, karena persoalan teknis relatif mudah untuk diselesaikan.

Ia mengatakan, negara sekelas India mampu memproduksi garam lebih baik dan ekonomis daripada Indonesia. Sementara dalam penerapan teknologi produksi garam sama dengan yang dilakukan yakni tekni alami evaporasi.

Menurutnya, kesuksesan India memproduksi garam berkelanjutan dapat diadopsi oleh Indonesia, dengan memetakan secara keseluruhan dari hulu-hilir, dan dimulai dari sistem produksi.

"Atau bisa juga mulai dari hilir dan tarik ke belakang ke arah hulu. Yang penting kita harus serius dan sungguh-sungguh, berkomitmen penuh dan menyadari bahwa garam ini sudah ke harga diri bangsa. Masa bangsa yang berangan-angan menjadi poros martim dunia tidak bisa menuntaskan persoalan garam ini," katanya.

Indra mengatakan, dirinya bersama mahasiswa pernah melakukan riset tentang bagaimana mendapatkan garam yang berkualitas dengan sistem evaporasi seefisien mungkin. Riset tersebut berskala kecil (laboratorium) bukan lapang. Mencoba sistem evaporasi dua tahap.

Menurutnya, untuk menghasilkan garam berkualitas perlu kebersihan air laut yang masuk dan dasar tambak diberi atas atau terpal yang bisa disebut dengan geomembrane.

"Jadi ini bukan teknologi tingkat tinggi," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, teknik evaporasi dengan cara senderhana, air laut yang ada dalam wadah dievaporasi dalam sistem semacam rumah kaca. Air laut akan lebih cepat menguap dan tinggal, air laut yang berkonsentrasi garam yang petak atau tinggi dipisahkan atau dialihkan ke wadah lain dan kemudian dievaporasi lagi hingga dapat endapan garam.

"Tentu dalam risenya kami ukur suhu di luar dan di dalam rumah kaca, serta kelembabannya," katanya.

Selain membentuk Satgas 007 Garam, Indra juga merekomendasikan agar pemerintah melanjutnya dan membenahi program yang sudah dikembangkan dulu sejak 2011 yakni pemberdayana usaha garam rakyat (PUGAR) dan Non PUGAR (swadiaya masyarakta).

"Yang penting dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan," kata Indra.

(T.KR-LR/A013)