Lebak (ANTARA News) - Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang menyatakan kebutuhan jagung nasional hingga kini mencapai 19 juta ton per tahun dan terpenuhi produksi jagung itu dari petani diberbagai daerah di Tanah Air.

"Ketersedian jagung untuk kebutuhan nasional terpenuhi dan sudah tidak impor lagi dari negara lain," kata Bambang saat menghadiri panen perdana jagung di Kabupaten Lebak, Rabu.

Menurut dia, produksi jagung ditargetkan hingga Desember 2017 mencapai 24,5 juta ton dengan angka tanam seluas tiga juta hektare.

Sedangkan, target tahun 2016 menembus 23,5 juta ton, sehingga melebihi target dari kebutuhan nasional sebanyak 19 juta ton.

Sebagian besar kebutuhan produksi jagung hibrida itu untuk memenuhi perusahaan ternak unggas.

Selama ini, kebutuhan jagung nasional bisa terpenuhi melalui gerakan penanaman jagung bantuan program upaya khusus (upsus) yang digulirkan Kementerian Pertanian.

Gerakan penanaman jagung seluas tiga juta hektare itu dengan melibatkan 67 juta kepala keluarga petani.

Pengembangan pertanian jagung dengan memanfaatkan lahan Perum Perhutani, PTPN juga lahan tidur serta lahan milik masyarakat.

Saat ini, petani di Kabupaten Lebak sudah menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani dengan sistem tanam tumpang sari.

"Kami yakin produksi jagung dipastikan terserap oleh perusahaan ternak unggas sehingga menguntungkan bagi pendapatan petani," katanya menjelaskan.

Menurut dia, pemerintah berkomitmen untuk merealisasikan swasembada jagung setelah keberhasilan swasembada beras.

Keberhasilan swasembada pangan itu nantinya akan direalisasikan swasembada komoditas lainnya, seperti kacang kedelai.

Untuk mendukung swasembada pangan, pemerintah mengalokasikan anggaran sektor pertanian hingga Rp600 ribu miliar.

"Saya kira anggaran sebesar itu tentu ke depan pemerintah bisa merealisasikan swasembada pangan," katanya.

Manager Pemasaran PT Popan Hendi mengatakan pihaknya saat ini kebutuhan jagung antara 150 sampai 200 ribu ton per hari.

Pasokan jagung itu didatangkan dari petani dari berbagai daerah di Tanah Air,termasuk Provinsi Banten.

"Kami sangat mendukung pengembangan jagung melalui program upsus itu sehingga diharapkan kebutuhan jagung terpenuhi untuk bahan baku pakan ternak unggas dan tidak impor," katanya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Provinsi Banten Hudiyan mengatakan pihaknya siap menampung produksi jagung petani Banten untuk memenuhi kebutuhan pabrik ternak unggas.

Penyerapan jagung tidak dibatasi dan semua pengusaha siap menampungnya dengan harga relatif bagus.

"Kami berharap kebutuhan jagung untuk perusahaan ternak bisa terpenuhi oleh petani Banten," katanya.