Lagos (ANTARA News) - Pemerintah tengah mengincar peluang pasar negara tujuan ekspor nontradisional seperti Nigeria karena dinilai sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat negara tersebut memiliki jumlah penduduk cukup banyak dan merupakan salah satu negara berkembang.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, kesempatan tersebut sebaiknya segera dimanfaatkan oleh para pelaku usaha asal Indonesia. Kementerian Perdagangan memfasilitasi pengusaha dalam negeri dengan mempertemukan pelaku usaha asal Nigeria.

"Forum ekonomi itu bagus, mempertemukan pelaku usaha. Nigeria negara berkembang dengan penduduk yang banyak, itu peluang potensial," kata Enggartiasto kepada Antara di Lagos, Nigeria, Senin (24/7) waktu setempat.

Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Indonesia-Nigeria Economic Forum dengan tema Menjadikan Nigeria Sebagai Hub Perdagangan di Kawasan Afrika Barat yang bertujuan untuk memfasilitasi pertemuan antara pelaku bisnis dalam negeri dan Nigeria.

Tercatat, dalam forum tersebut kurang lebih sebanyak 300 pengusaha Nigeria yang merupakan perwakilan pemerintah, kamar dagang dan industri dan perusahaan hadir untuk bertemu pelaku usaha sektor unggulan Indonesia. Sementara dari Indonesia ada kurang lebih sebanyak 21 pengusaha dalam negeri yang mempromosikan produknya.

Pada 2016, total perdagangan antara kedua negara mencapai 1,6 miliar dolar AS, dengan nilai ekspor Indonesia mencapai 310,8 juta dolar AS dan nilai impor sebesar 1,28 miliar dolar AS. Defisit bagi Indonesia sebagian besar berasal dari impor minyak dan gas.

Sementara jika dilihat dari sektor nonmigas, sesungguhnya Indonesia mengantongi surplus 302,72 juta dolar AS. Produk ekspor nonmigas Indonesia ke Nigeria antara lain kertas, kelapa sawit, dan turunannya seperti halnya ekspor utama negara-negara Asia Tenggara ke Afrika yaitu antara lain obat-obatan dan bumbu-bumbu.

"Kita jangan sampai terlambat untuk mengambil peluang ini," kata Enggartiasto.

Sebelumnya, pertemuan serupa juga dilakukan di Afrika Selatan. Hasil dari pertemuan tersebut, ada beberapa peluang kerja sama yang membuka peluang kerja sama antar pelaku usaha. Tercatat ada delapan perusahaan yang berpeluang untuk menjalin kerja sama prospektif.

Beberapa diantaranya adalah PT Wijaya Karya menjalin kerja sama dengan lima perusahaan Afrika Selatan yang tertarik dengan sektor konstruksi, pergudangan, properti, pengolahan limbah dan pertambangan. Selain itu, Indonesia Exim Bank bertemu dengan tiga calon rekanan potensial untuk kerja sama fasilitasi pembiayaan.

Rainbow Roof juga menjalin kerja sama dengan distributor asal Afrika Selatan, dan direncakan pada Agustus akan ada kunjungan balasan ke Indonesia.

"Kita tidak akan berhenti di situ, dengan Afrika secara keseluruhan kita akan masuk. Bukan hanya masuk melalui sebagian negara penghubung saja, tapi keseluruhan," ujar Enggartiasto.

Pemerintah menyiapkan skema untuk mendorong realiasai ekspor antara pelaku usaha Indonesia dan negara tujuan seperti Afrika Selatan dan Nigeria. Salah satunya adalah memanfaatkan skema imbal dagang (counter trade).

Skema tersebut ditujukan bagi produk-produk tertentu yang pengelolaannya masih melibatkan peran antarpemerintah, seperti produk energi minyak dan gas yang dapat dibarter dengan produk alutsista, transportasi, dan kelapa sawit.