Jakarta (ANTARA News) - Industri perbankan berlomba-lomba meningkatkan layanan digital untuk menurunkan biaya operasional dan juga memperoleh penambahan dana murah agar lebih efisien dalam menyalurkan kredit, kata pejabat PT. Bank Mandiri Persero Tbk.

Senior Executive Vice President Perbankan Digital dan Finansial Inklusif Bank Mandiri, Rahmat B. Triaji pada diskusi "Kesiapan Sektor Perbankan Indonesia Menuju Era Digital" di Jakarta, Senin mengatakan persaingan layanan perbankan digital, terutama antara bank-bank besar, kian sengit.

Untuk Mandiri, perbankan digital melalui layanan transaksi ATM, apliasi Mandiri Online dengan "mobile banking" dan "internet banking", dapat menambah pasokan dana murah terutama dari nasabah ritel dan nasabah segmen "merchant" (usaha).

"Nasabah merchant melalui digital, semakin banyak omzetnya berputar di Bank Mandiri, semakin banyak transaksi, ini yang dicari perbankan," katanya. Meskipun demikian, Rahmat tidak mengungkapkan kontribusi perbankan digital terhadap dana murah Mandiri.

Namun Rahmat meyakini, dengan perbankan digital, kontribusi dana murah akan semakin meningkat bagi perseroan. Di semester I 2017, dana murah di Dana Pihak Ketiga Bank Mandiri sebesar Rp490,2 triliun atau tumbuh 11,6 persen.

Selain itu, Rahmat menuturkan layanan perbankan digital juga diharapkan dapat mendongkrak pendapatan komisi (fee based income) ke pundi-pundi perseroan.

Di sisi efisiensi, dia meyakini perbankan digital juga akan memangkas Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Mandiri.

"Investasi mendirikan kantor cabang itu bisa Rp1 miliar, kemudian sebulan untuk biaya operasional Rp100 juta. Itu akan menjadi sangat murah dengan layanan ATM dan Perbankan Digital," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan industri perbankan untuk mengantispasi dua tantangan pengembangan perbankan digital yakni tingkat keamanan dan kedaulatan data nasabah.

"Perlu ada kesiapan dari pelaku industri, aspek keamanan sangat terkait dengan kapasitas dan kedaulatan akan menyangkut infrastruktur dalam perbankan digital," ujar Direktur Grup Pengawas Spesialis Departemen Pengawas Bank 3 OJK, Dewi Astuti.

Dalam transformasi industri keuangan ke ranah digital dari layanan konvensional, kata Dewi, industri perbankan perlu mampu menjawab tantangan keamanan dan kedaulatan data.

Maklum saja, seiring pesatnya digitalisasi perbankan di ranah global, termasuk Indonesia, serangan peretas terhadap industri jasa keuangan juga semakin tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, serangan virus melalui Ransomware WannaCry dan perangkat lunak turunannya sempat mengancam industri keuangan global, yang bukan tidak mungkin dapat menjalar ke Indonesia.

(T.I029/S025)