Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X minta maaf kepada seluruh masyarakat DIY, terutama korban gempa, atas kesalahan yang mungkin dilakukan pemerintah selama menangani pemulihan pascagempa bumi 27 Mei 2006. Dalam kegiatan ibadah shalat Subuh, tahlil dan zikir bersama di Lapangan Trirenggo, Bantul, Minggu pagi, dengan imam KH Abdul Aziz Nawawi itu, Sultan HB X berharap masyarakat memahami bahwa pemerintah telah berupaya keras untuk memulihkan situasi dan kondisi pascagempa satu tahun lalu. Puncak peringatan satu tahun gempa yang diikuti ribuan umat muslim di DIY, khususnya Kabupaten Bantul, tersebut ditandai dengan gema suara gamelan mulai pukul 05.57 hingga 06.00 WIB yang dilanjutkan dengan raungan suara sirene sebagai simbol peringatan detik-detik terjadinya gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) pada 27 Mei 2006. Selain itu, acara diisi pula dengan penandatangan nota kesepahaman penanggulangan bencana antara Gubernur DIY dan lima bupati/walikota se-DIY, masing-masing dari Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo. Sultan pada kesempatan itu mengingatkan kembali bahwa korban gempa yang rumahnya mengalami kerusakan sedang dan ringan akan mendapat bantuan masing-masing Rp4 juta dan Rp1 juta per kepala keluarga (KK). "Bantuan itu sudah disetujui pusat, saya sudah diinformasikan Menteri Keuangan dan Menteri PU bahwa dana tersebut disetujui," katanya. Jumlah rumah rusak sedang akibat gempa Yogyakarta tahun lalu tercatat 96.000 unit, sedangkan rusak ringan 162.000 unit. "Pemerintah provinsi serta bupati dan walikota juga sudah sepakat bahwa mekanisme pencairan dana bantuan untuk korban gempa yang rumahnya rusak sedang dan ringan akan dilakukan melalui bank," kata Sultan. Sultan menegaskan tidak ada lagi alasan 'kearifan lokal' dipakai sebagai pembenar untuk memotong dana rekonstruksi yang menjadi hak penuh korban gempa. "Kearifan lokal itu adalah harmoni gotong royong, bukan memotong dana rekonstruksi," katanya. (*)